Jumat, 03 Juni 2011

Studi Kritis Politik Islam Modern

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolonialisme Barat yang menimpa dunia Islam pada abad 18-20 (Yatim,1997) dan mundurnya politik Islam yang ditandai denganruntuhnya kekhilafahan Usmani ternyata tidak selamanya mendatangkan akibat negatif, tetapi juga membuat kaum Muslimin mampu merumuskan dirinya kembali, termasuk pemikiran politik Islamnya. Bahkan, menurut Enayat, dilikuidasinya kekhalifahan Usmani oleh keputusan Majlis Nasional Turki tahun 1924 yang awalnya karena desakan kolonialisme Barat, dalam hal ini Yunani yang didukung Inggris, Prancis dan Amerika yang menduduki Izmir, salah satu wilayah Turki tahun 1919 (Nasution, 1975)merupakan sesuatu yang menjadikan politik Sunni mencapai titik baliknya. Peristiwa ini, katanya lebih lanjut, merupakan puncak proses ‘fermentasi’ di kalangan kaum Muslimin sejak abad 18 dan dalam bidang pemikiran politik Islam,mempercepat perdebatan seru yang terjadi antara kaum modernis dan tradisionalis untuk kemudian menjanjikan terbentuknya sintesis dari pandangan mereka yang saling bertentangan. Krisis seputar kekhalifahan itu mempunyai satu akibat subsider yang bersifat doktriner. Ia telah memperkenalkan gagasan negara Islam sebagai pengganti kekhalifahan yang dinyatakan, baik secara tersurat atau tersirat, sebagai mustahil untuk dihidupkan kembali (Enayat, 1982).

Lebih jauh, Munawir Syadzali (1993) berpendapat bahwa berbeda dengan para pemikir politik Islam masa klasik dan pertengahan yang karena realitas politik (Esposito, 1987) bersifat realis yang semuanya menerima dan tidak mempertentangkan keabsahan sistem pemerintahan monarki yang mereka temukan --kecuali al-Mawardi yang memiliki konsepsi lebih maju yang mirip dengan teori kontrak sosial Jhon Locke-- para pemikir politik Islam modern dan kontemporer mengalami perkembangan dan keanekaragaman yang mendasar. Salah satunya karena tiga faktor, yaitu kemunduran dunia Islam, kolonialisme dan keunggulan Barat. Sebab itulah, tulisan ini ingin menyoroti perkembangan dan peta pemikiran politik Islam modern dan kontemporer dengan melakukan kategorisasi atau tipologisasi: pemikiran politik Islam yang organik tradisional, yang sekuler, dan yang moderat.




B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan sistem demokrasi dan khilafah?
2. Bagaimana sistem politik islam organik tradisional, politik islam sekuler dan politik islam modern
3. Bagaimana pandangan beberapa tokoh mengenai sistem politik islam modern
4. Bagimanakah hubungan politik islam modern dengan sistem demokrasi dan sistem khilfah

C. Tujuan penulisan
1. Menjelaskan mengenai sistem demokrasi dan sistem khilafah.
2. Menjelaskan sistem politik islam organik tradisional,politik islam sekuler dan politik islam modern
3. Menjelaskan pandangan beberapa tokoh mengenai sistem politik islam modern
4. Menjelaskan hubungan politik islam modern dengan sistem demokrasi.


D. Manfaat Penulisan
1. Mampu memahami mengenai sistem demokrasi dan sistem khilafah
2. Mampu menjelaskan beberapa sistem politik islam
3. Mampu menjelaskn pandangan tokoh mengenai sistem politik islam modern
4. Mampu menjelaskn hubungan politik islam modern modern dengan sistem demokrasi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Pengertian Sistem Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari Yunani kuno yang terdiri atas dua kata yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demorasi dapat diarikan sebagai bentuk bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.


2. Pengertian Sistem Khilafah
Khilafah menurut bahasa berasal dari kata khalafah yang berarti menggantikan atau menempati tempat. Istilah khilafah kadang dikaitkan dengan istilah penggantian yang berarti kedudukan orang pertama digantikan oleh orang kedua. Dalam pengertian syariah khilafah digunakan untuk menyebut orang yang menggantikan Nabi SAW dalam
kepemimpinan Negara Islam (ad-dawlah al-islamiyah)
B. Pembagian Politik Islam
Dalam politik islam modern ada beberapa kategorisasi atau tipologisasi mengenai politik islam yaitu politik islam organik tradisional, sekuler dan moderat.
1. Politik Islam Organik Tradisional
Tipologi ini melihat bahwa Islam adalah agama sekaligus negara (din
wa daulah). Ia merupakan agama yang sempurna dan antara Islam dengan
negara merupakan dua entitas yang menyatu. Hubungan Islam dan negara
betul-betul organik dimana negara berdasarkan syari’ah Islam dengan ulama
sebagai penasehat resmi eksekutif atau bahkan pemegang kekuasaan
tertinggi. Sebagai agama sempurna, bagi pemikir politik Islam tipologi ini,
Islam bukanlah sekedar agama dalam pengertian Barat yang sekuler, tetapi
merupakan suatu pola hidup yang lengkap dengan pengaturan untuk segala
aspek kehidupan, termasuk politik. Yang termasuk tipologi ini adalah Rasyid
Ridha (1865-1935 ) . Sebagai seorang yang berkecenderungan tradisional pertama-tama
ia begitu percaya dengan lembaga kesultanan Usmani yang menurutnya adalah juga kekhalifahan, walaupun mereka bukan dari keturunan Qureisy dan Arab. Ia tampaknya menutup mata terhadap despotisme kesultanan Usmani. Kekhalifahan Usmani, baginya, merupakan pranata politik supra
nasional yang mewakili Nabi pasca Abbasyiah yang mempersatukan Umat
Islam di berbagai dunia yang perlu dihidupkan kembali dengan tugas untuk mengatur urusan agama dan dunia (harasah al-din wa siyasah al-dunya),suatu pemikiran yang sama persis dengan pemikiran al-Mawardi misalnya. Alasannya karena Al-Qur’an, Hadis dan ijma’ pun menghendakinya. Tentu saja ahl al-halli wa al-‘aqd, sebagai lembaga pemilih khalifah, juga perlu dibentuk. Hanya saja ia lebih maju ketimbang pemikir politik Islam klasik
yang realis pada masa klasik dan pertengahan, walaupun untuk khalifah menurutnya mesti seorang ahli fiqh (faqih) yang karenanya untuk mempersiapkannya perlu didirikan lembaga pendidikan tinggi keagamaan, tetapi untuk ahl al-halli wa al-‘aqd anggotanya bukan saja ahli agama yang sudah mencapai tingkat mujtahid (seorang yang mampu melahirkan keputusan hukum dari elaborasinya terhadap Al-Qur’an dan Hadis), melainkan juga pemuka masyarakat dari berbagai bidang. Selain itu, berbeda dengan kecenderungan pemikir politik sebelumnya, lembaga representatif itu dalam pandangannya juga bertugas mengangkat khalifah, mengawasi jalannya pemerintahan, mencegah penyelewengan khalifah, dan menurunkannya jika perlu, sekalipun harus dengan perang atau kekerasan demi kepentingan umum (Ridha, 1341). Hanya saja ia tidak membahas bagaimana cara mengangkat mereka. Kendati pandangan Rasyid Ridha di atas mencerminkan alam pikiran politik Islam klasik dan pertengahan yang sulit diterima masa kini, di mana Rosenthal menganggapnya berada dalam posisi “utopis dan romantis”, tetapi, walau bagaimana pun, Rasyid Ridha telah berhasil memformulasikan tradisi dan merancangkan gagasan dasar bagi para penganjur negara Islam
berikutnya. Ia merupakan penghubung yang penting antara teori klasik tentang kekhalifahan dengan gagasan mengenai negara Islam pada abad 20 yang dikembangkan oleh Sayyid Quthub dan al-Maududi. Keduanya telah mengembangkan bentuk pemerintahan,
yang dalam Istilah Profesor Majid Khadduri, devine nomocracy (negara hukum Ilahi) .


2. Politik Islam Sekuler
Kebalikan dari tipologi pertama, menurut tipologi ini Islam adalah
agama yang tidak berbeda dengan agama lainnya dalam hal tidak
mengajarkan cara-cara pengaturan tentang kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Islam adalah agama murni bukan negara. Pemikir yang masuk
ke dalam tipologi ini adalah Ali Abd al-Raziq (1888-1966). Ali Abd. al-Raziq dari sekian pemikir Muslim tentang politik yang mendapatkan respon luar biasa bahkan kutukan dari kalangan ortodoksi atau tradisional. Raziq mengawali penjelasan pikiran politiknya tentang kekhalifahan yang supra nasional menurut kalangan ortodoks semisal Rasyid Ridha Islami. Ia menolak sistem khilafah tersebut sebagai sebuah sistem yang tidak mempunyai landasan yang kokoh dari Al-Qur’an, Hadis dan ijma’. Dia secara agak rinci membahas ketiga sumber tersebut yang mengukuhkan wajibnya kekhalifahan. Al-Qur’an katanya tidak menyebut kekhalifahan seperti yang kita kenal dalam sejarah. Al-Qur’an Surat 6: 38 misalnya yang dianggap dalil pendukung kekhalifahan dalam kenyataannya tidaklah demikian. Karena, kata ûlil al-amri (para pemegang kekuasaan) yang wajib diikuti kaum Muslim sesudah mentaati Allah SWT dan Rasulnya tidaklah disepakati ulama tafsir dengan khalifah Baidhawi
umpamanya menafsirkan kata itu dengan kaum Muslimin yang sezaman dengan Nabi, dan Zamakhsyari mengartikannya dengan ulama. Demikian juga dengan hadis seperti hadis “Barang siapa mati tanpa berbai’at (kepada imam), maka dia mati dalam kejahiliahan”, sekalipun banyak orang menganggapmya sahih, hadis-hadis itu tidaklah menunjukkan doktrin agama. Rasa-rasanya hanya ijma’lah yang menjadi alat legitimasi dan itu pun, menurut Raziq bukan ijma’ shahih. Hal ini kerena kekhalifahan terbentuk oleh ijma’ sukuti (kesepatan diam) yang tidak semua masyarakat menyepakatinya. Hampir setiap kehalifahan ada saja pihak yang menjadi oposisi. Demikian pula argumentasi wajibnya kekhalifahan untuk tujuan terlaksananya tugas-tugas keagamaan dan kepemerintahan tidaklah juga tepat. Ketidaktepatan itu karena dalam kenyataan kekhalifahan selamanya merupakan bencana bagi Islam dan umatnya. Raziq memang mengakui pentingnya negara untuk kepentingan sosial, lepas dari agama dan keyakinan, tetapi itu tidak harus berbentuk kekhalifahan, melainkan bisa beraneka ragam bentuk dan sifatnya (al-Razig, 1925; Enayat, 1982).Dari sanalah kemudian ia berkesimpulan bahwa misi nabi adalah misi agama an sich yang tidak ada kaitannya dengan politik keduniawian. Nabi adalah utusan Allah SWT yang ditugaskan untuk mendakwahkan Islam tanpa bermaksud mendirikan negara. Nabi tidaklah mempunyai kekuasaan
sekuler, negara atau pemerintahan. Nabi tidaklah mendirikan kerajaan dalam arti politik atau sesuatu yang mirip dengan kerajaan. Setelah beliau wafat, tidak ada seorang pun yang dapat mengganti tugas risalah-nya. Kalaupun Abu Bakar muncul, maka kepemimpinannya merupakan bentuk baru yang bersifat profane (duniawi). Abu bakar menyebut dirinya sebagai
khalifah Rasul (pengganti/wakil Rasul) agar kaum Muslimin taat kepadanya seperti taat kepada Rasululah. Orang-orang yang tidak mentaatinya yang disebut Abu Bakar murtad seperti Malik bin Nuwairah belum tentu murtad dalam arti keluar dari Islam dan kufur kepada Allah beserta Rasul-Nya. Berdasarkan hal itu semua Kekhalifahan lepas dari Islam dan tidak ada kaitan dengannya. Persoalan kenegaraan semuanya diserahkan pada akal
pengalaman kemanusiaan belaka (al-Raziq, 1925). Sebagai pemikir sekuler, Ali Abd. al-Raziq agaknya mampu meyakinkan pembaca bukunya “al-Islam wa Ushul al-Hukm” bahwa pemerintahan menurut Islam tidaklah harus berbentuk khilafah, tetapi ia tidak berhasil meyakinkan mereka bahwa Nabi Muhammad SAW tidak berbeda dengan Nabi sebelumnya. Mengingat Nabi, terutama dalam konteks hukum, kendati tugas utamanya adalah kerasulan, melakukan beberapa hal yang hampir sama dengan kepala pemerintahan atau negara.



3. Politik Islam Modern
Berbeda dengan dua kecenderungan tipologi di atas adalah tipologi ketiga yang moderat. Tipologi ini menolak klaim ekstrim bahwa Islam adalah agama yang lengkap yang mengatur semua urusan termasuk politik, tetapi juga menolak klaim ekstrim kedua yang melihat bahwa Islam tidak ada kaitannya dengan politik. Menurut tipologi ini, kendati Islam tidak menunjukkan preferensinya pada sistem politik tertentu, tetapi dalam Islam terdapat prinsip-prinsip moral atau etika bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang untuk pelaksanaannya Umat Islam bebas memilih sistem mana pun yang terbaik. Yang termasuk tipologi ini adalah Muhamad Husein Haikal (lahir 1888). Menurut Haikal, di dalam Al-Qur’an dan sunnah tidak terdapat prinsip-prinsip dasar kehidupan yang langsung berhubungan dengan ketatanegaraan. Ayat tentang musyawarah misalnya tidaklah diturunkan
dalam kaitan sistem pemerintahan. Al Qur’an juga tidak secara tegas dan langsung menyebutkan sistem pemerintahan tertentu. Karenanya, tidak aneh bila empat khalifah periode Islam awal (Khulafa Rasyidun) memang di bai’at masyarakat di mesjid, tetapi mereka diangkat tidak selalu melalui pemilihan. Nabi sendiri bahkan membiarkan sistem pemerintahan Arab asalkan menerima baik agama yang dibawanya. Dalam perkembangan selanjutnya juga pengaruh luar (Bizantium dan Persia) terhadap pemerintahan Islam
makin mendalam dan tampak.

Namun demikian, sejauh yang bisa kita baca dari sumber-sumber Islam, paling tidak ada 3 prinsip dasar peradaban manusia termasuk politik. Pertama, prinsip monotheisme murni. Kedua, prinsip sunnah (hukum ) Allah yang tidak pernah berubah, dan ketiga, persamaan antar manusia sebagai konsekuensi prinsip pertama dan kedua. Realisasi prinsip-prinsip itu diwarnai oleh semangat persaudaraan, cinta kasih, rasa keadilan, dan takwa.

C. Hubungan Politik Islam Modern Dengan Sistem Demokrasi
Ada beberapa pemikir politik islam modern di antarnya yaitu Fazlur-Rahman, Mohamed Arkoun, dan di Indonesia Nurcholish Madjid. Mereka berpendapat bahwa dari prinsip-prinsip yang disebut Al-Qur’an dan Hadis, preferensi Islam adalah sistem politik demokratis. Dalam berbagai tulisannya Fazlur-Rahman menekankan masyarakat Islam adalah masyarakat menengah yang tidak terjebak pada ekstrimitas, dan ûlil al-amri-nya (para pemegang kekuasaan) adalah mereka yang tidak menerima konsep elitisisme ekstrim. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang egaliter dan terbuka atau inklusif, saling berbuat baik dan kerjasama, dan tidak melakukan diskriminasi berdasarkan gender atau kulit. Selanjutnya Fazlur-Rahman menjelaskan kosep syûra (musyawarah). Syûra bukan berarti bahwa seseorang meminta nasehat kepada orang lain, seperti yang terjadi dahulu antara khalifah dan ahl halli wa al–‘alqd, tetapi nasehat timbal balik melalui diskusi bersama. Tentu saja konsep demokrasi yang dipilih Fazlur-Rahman ini dengan, katanya lebih lanjut, berorientasi pada etika dan nilai spiritual Islam, tidak semata-mata bersifat material seperti di
Barat (Azhar, 1996). Karena pilihannya pada sistem demokrasi itulah, ia mengkritik para tokoh Islam yang menentang demokrasi, seperti terhadap al- Maududi seperti yang telah dijelaskan di muka. Sebagaimana Fazlur-Rahman, Arkoun juga berpendapat sama. Pertama tama ia menjelaskan perbedaan antara kekuasan dan wewenang. Wewenang menurutnya bersifat mistis-teologis seperti ketika Nabi di Mekah dan kekuasan bersifat rasional seperti ketika Nabi di Madinah yang selalu dikelilingi dewan yang beranggotakan paling tidak 10 orang. Selanjutnya, Arkoun menerima pernyataan Ibn Khaldun bahwa sistem kekhalifahan tidak berbeda dengan sistem kerajaan yang dominatif dan hegemonik yang telah melakukan tindakan sakralisasi terhadap yang duniawi seperti terlihat pada terminologi bai’ah dan wakil Allah di muka bumi. Dari sini kemudian ia lebih menyetujui negara demokratis, mengkritik para ulama yang telah ikut melestarikan status quo kekuasaan dinasti yang jauh dari moral Islam, dan mengecam pelaksanaan konsep dzimmi (yang terlindung) bagi masyarakat non Muslim. Dalam pandangannya, kendati penerapan konsep itu lebih baik dibanding dengan kaum Muslimin yang hidup di tengah mayoritas umat agama lain, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa model toleransi dzimmi tersebut adalah model toleransi tanpa peduli. Ini karena ia biasanya disertai dengan tindakan mengurangi peran kelompok lain yang non Muslim. Sebagai pemikir modern, Arkoun di satu sisi mengkritik habis sekularisasi gaya Ataturk di Turki yang bagi Arkoun merupakan bentuk kesadaran naif yang didasari oleh kekagetan budaya, tetapi di pihak lain ia juga menolak pembentukan negara Islam, ala Khomeini karena telah melakukan sakralisasi terhadap sesuatu yang sebenarnya duniawi.
Adapun prinsip kenegaraan dalam Islam adalah syûra, ijtihâd, dan penerapan syari’at yang tujuannya, bagi Arkoun, untuk mewujudkan masyarakat yang bermoral, bertanggung jawab, dan bermartabat, sehingga anggota masyarakat Muslim diridhai Allah dalam menjalankan tugas pribadi dan sosialnya secara harmonis (Arkoun, 1996; Azhar, 1996; Putro, 1998). Selaku murid Fazlur-Rahman, di Indonesia, Nurcholish Madjid tidak jauh berbeda dengan formulasi konseptual gurunya. Islam, baik dalam teori atau praktek telah menetapkan prinsip-prinsip politik. Prinsip-prinsip itu, dengan mengutip Robert N. Bellah dan apa yang tercantum dalam “Piagam Madinah”, adalah pluralisme, toleransi, pengakuan akan persamaan semua penduduk, dan keadilan sebagai tujuan negara. Dalam Islam yang dimaksud pluralisme adalah paham kemajemukan yang melihatnya sebagai suatu kenyataan yang bersifat positif dan sebagai keharusan bagi keselamatan umat manusia. Bertolak dari prinsip-prinsip ini ia berkesimpulan bahwa, pertama, konsep Islam di bidang politik, tegas Nurcholish Madjid, berada pada pertengahan antara dua pendapat ekstrim yang saling berlawanan; Sayyid Qutub dan al-Maududi di satu pihak, dan Ali Abd al-Raziq di pihak
lain. Kedua, meski memiliki kekurangan, demokrasi dipahaminya sebagai sesuatu yang tiada ternilai harganya, yang untuk sampai sekarang belum ditemukan alternatif yang lebih unggul. Demokrasi, baginya adalah majority rule minority right, yaitu sistem politik dengan prinsip mayoritas dengan tidak mengganggu kepentingan minoritas yang paling fundamental. Demokrasi juga, dalam keyakinan Nurcholish Madjid, merupakan kata kerja, bukan kata
benda, sebagai suatu proses demokrasi. Dalam hal ini demokrasi sebagai way of life dengan nuktah: kemajemukan, musyawarah, cara harus sesuai dengan tujuan, permufakatan yang jujur, pemenuhan kebutuhan ekonomi, kebebasan, dan perlunya pendidikan demokrasi (Taher, 1994; Tanja, 1991)

BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari paparan di atas, yang bisa kita simpulkan adalah, pertama, bahwa berbeda dengan pemikiran politik Islam klasik dan pertengahan yang homogen dan realis dengan kekuasaan yang ada akibat realitas politiknya yang menghendaki hal itu, maka pemikiran politik Islam modern beragam dan mengalami perkembangan mengagumkan. Hal ini mungkin karena situasi dan kondisinya yang berbeda. Kedua, secara umum peta pemikiran
politik Islam modern dan kontemporer bisa kita bagi pada tiga kategori atau tipologi; yaitu tipologi tradisional organik, sekuler, dan moderat. Ketiganya memiliki konsepsi yang berbeda yang kesemunya merujuk pada teori atau praktek politik Islam Islam. Ketiga, tipologi pemikiran politik Islam yang moderat yang karena kematangannya tampaknya saat ini mendapat pendukung yang banyak.
B. Saran
Sebagai kader lepasan LK II ( Intermediet Training ) seharusnya mampu berpikir kritis mengenai persoalan persoalan yang ada. Selain itu lepasan LK II seharusnya memiliki intelektualitas yang lebih tinggi dari LK I. Mampu menganalisa dan membawakan materi serta berpikir dewasa. Untuk sekretariat cabang saya harapkan agar egonya dikurangi.

Ungkapan Seorang Wanita

Ugkapan seorang wanita
Wahai yang memiliki setiap nyawa
Wahai Dzat Yang Maha Suci
Betapa lemah dan hinanya diriku ini
Berat nian derita yang aku rasa
S’bab melanggar aturanMu
Tuhan baru aku sadari
Indahnya sebuah kehormatan
Tak pandai aku menjaga dan mensyukuri
Kini kuharap cinta dan belas kasihMu
Ya Ilahi Rabbi
Kata-kata cinta terucap indah
Mengalir berdzikir dikidung doaku
Derita yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Engkau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini ya Ilahi Rabbi
Tuhan kuatkan aku
Lindungi aku dari keputus asaan
Jika kuharus menghadapMu
Ampuni aku, sucikan aku dan pertemukan aku denganMu ya Ilahi Rabbi

Kisah Seorang Wanita

KISAH SEORANG WANITA
Oleh Husna As Syifatulutfiah
Ia telah memberikan kehormatannya pada kaum lelaki.
Ia tak pandai menjaga kesuciannya.
Ia yang telah mendzalimi dirinya sendiri.
Kini ia harus menanggung ketakutan,
Ketakutan yang luar biasa,
Ketakutan akibat perbuatannya,
Ketakutan yang membuatnya murung.
Sesungguhnya ia bukanlah orang yang tak tahu agama,
Ia sungguh tahu agama
Bahkan ia menutupi dirinya dengan jilbabnya
Namun yang disayangkan ia tak pandai menjaga
Menjaga apa yang seharusnya tak diberikan kecuali kepada suaminya.
Ia sungguh lalai dan khilaf
Ia sungguh menyesal
Kini ia hanya bisa mengharapkan ampunan dan belas kasih Tuhan.
Wahai saudariku..............
Jika engakau membaca tulisanku ini
Sungguh ia adalah orang yang dekat denganmu
Saudarimu yang lalai, saudarimu yang khilaf
Bantu ia dengan doamu
Ia bertekad takkan mengulangi
Tuhan ampuni dia.
Berikan ia satu kesempatan
Satu kesempatan terakhirnya..
Amin................

Laporan praktikum fisika

PERCOBAAN I
Judul Percobaan
“ Gaya Gesek “

Tujuan Percobaan
Menentukan koefisien gaya gesek dari suatu papan luncur.
Menentukan hubungan antara massa beban terhadap waktu dalam gaya gesek

Alat dan Bahan

Papan luncur
Katrol
Mistar
Stopwatch
Neraca
Balok kayu
Beban pemberat
tali

Landasan Teori
Gaya gesekan termasuk gaya sentuh, yang muncul jika permukaan dua buah benda bersentuhan langsung secara fisik. Arah gaya gesekan searah dengan permukaan bidang sentuh dan berlawan dengan kecenderungan arah gerak. Gaya gesekan bekerja ketika benda bergerak di udara, air, ataupun meluncur di atas benda padat lainnya. Untuk benda yang bergerak melalui udara, gaya gesekan udara pada benda bergantung pada luas benda yang bersentuhan dengan udara. Makin besar luas bidang sentuh ini makin besar gaya gesekan udara pada benda. Konsep ini dimanfaatkan oleh para penerjun. Ketika sebuah benda bergerak di udara, permukaan benda tersebut akan bersentuhan dengan udara sehingga terjadi gesekan antara benda tersebut dengan udara. Demikian juga ketika bergerak di dalam air. Gaya gesekan juga selalu terjadi antara permukaan benda padat yang bersentuhan, sekalipun benda tersebut sangat licin. Permukaan benda yang sangat licin pun sebenarnya sangat kasar dalam skala mikroskopis. Ketika kita mencoba menggerakan sebuah benda, tonjolan-tonjolan miskroskopis ini mengganggu gerak tersebut. Sebagai tambahan, pada tingkat atom (ingat bahwa semua materi tersusun dari atom-atom), sebuah tonjolan pada permukaan menyebabkan atom-atom sangat dekat dengan permukaan lainnya, sehingga gaya-gaya listrik di antara atom dapat membentuk ikatan kimia, sebagai penyatu kecil di antara dua permukaan benda yang bergerak. Ketika sebuah benda bergerak, misalnya ketika kita mendorong sebuah buku pada permukaan meja, gerakan buku tersebut mengalami hambatan dan akhirnya berhenti, karena terjadi gesekan antara permukaan bawah buku dengan permukaan meja serta gesekan antara permukaan buku dengan udara, di mana dalam skala miskropis, hal ini terjadi akibat pembentukan dan pelepasan ikatan tersebut. Jika permukaan suatu benda bergeseran dengan permukaan benda lain, masing-masing benda tersebut melakukan gaya gesekan antara satu dengan yang lain. Gaya gesekan pada benda yang bergerak selalu berlawanan arah dengan arah gerakan benda tersebut. Selain menghambat gerak benda, gesekan dapat menimbulkan aus dan kerusakan. Hal ini dapat kita amati pada mesin kendaraan. Misalnya ketika kita memberikan minyak pelumas pada mesin sepeda motor, sebenarnya kita ingin mengurangi gaya gesekan yang terjadi di dalam mesin. Jika tidak diberi minyak pelumas maka mesin kendaraan kita cepat rusak. Contoh ini merupakan salah satu kerugian yang disebabkan oleh gaya gesek.
Dalam gaya gesek ada dua jenis gaya gesekan yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis merupakan gaya gesekan yang dikerjakan permukaan papan pada benda sewaktu benda tidak bergerak. Gaya gesek kinetis merupakan gaya gesekan yang di kerjakan permukaan papan pada benda sewaktu benda bergerak. Selain kedua gaya gesekan tersebut terdapat juga gaya tegangan tali yaitu gaya tegang yang bekerja pada ujung- ujung tali karena tali tersebut tegang. Misalkan benda A, B, dan C yang terletak di atas lantai dihubungkan oleh dua utas tali yang berbeda. Jika C ditarik dengan gaya P maka A dan B ikut tertarik. Ini karena ketika C ditarik, tali 1 dan 2 tegang. Pada kedua ujung tali yang tegang timbul tegangan tali. Jika tali dianggap ringan
( beratnya dapat di abaikan ) maka tegangan tali pada kedua ujung tali untuk tali yang sama dianggap sama besarnya.

Tali 1 Tali 2


T1 T1 T2 T2 P

Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar kedua permukaan yang saling bersentuhan. Gaya-gaya yang bekerja antara lain adalah gaya elektrostatik pada masing-masing permukaan. Dulu diyakini bahwa permukaan yang halus akan menyebabkan gaya gesek (atau tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil nilainya dibandingkan dengan permukaan yang kasar, akan tetapi dewasa ini tidak lagi demikian. Konstruksi mikro (nano tepatnya) pada permukaan benda dapat menyebabkan gesekan menjadi minimum, bahkan cairan tidak lagi dapat membasahinya (efek lotus).
Langkah Kerja
Menimbang massa balok kayu
Mengukur tinggi batas beban pemberat sampai ke lantai
Melepaskan balok kayu bersamaan dengan menghidupkan stopwatch
Mencatat waktu yang dibutuhkan beban untuk jatuh sampai kelantai kedalam tabel pengamatan
Mengulangi percobaan sampai 8 kali dengan massa yang sama.

Tabel Hasil Percobaan
No M1 M2 h t
1 1.25 x 10-1 1.5 x 10-1 110 cm 0.91 s
2 1.25 x 10-1 1.5 x 10-1 110 cm 0.97 s
3 1.25 x 10-1 1.5 x 10-1 110 cm 0.87 s
4 1.25 x 10-1 1.5 x 10-1 110 cm 0.94 s
5 1.25 x 10-1 1.5 x 10-1 110 cm 0.82 s
6 1.25 x 10-1 1.5 x 10-1 110 cm 0.88 s
7 1.25 x 10-1 1.5 x 10-1 110 cm 0.88 s
8 1.25 x 10-1 1.5 x 10-1 110 cm 0.90 s



Pengolahan Data
























PERCOBAAN II
Judul Percobaan
“ Hukum Kekelan Momentum “

Tujuan Percobaan
Memahami hukum kekelan energi.
Membedakan energi kinetik dan energi potensial.
Menunjukkan bahwa energi mekanik antara dua buah kedudukan adalah tetap.

Alat dan Bahan
Statif
Benang dan kertas karbon
Bola kecil
Mistar
Neraca analitik

Landasan Teori
Huygens, ilmuwan berkebangsaan Belanda melakukan eksperimen dengan menggunakan bola-bola bilyar untuk menjelaskan hukum kekekalan momentum. Misalkan dua buah bola bergerak berlawanan arah saling mendekati. Bola pertama bermassa m1, bergeraka dengan kecepatan v1. Sedang bola kedua massanya m2 bergerak dengan kecepatan v2. Jika kedua bola berada pada lintasan yang sama dan lurus, maka pada suatu saat kedua bola akan bertabrakan. Dengan menganalisis gaya tumbukan bola tersebut ternyata sesuai dengan pernyataan hukum III Newton. Kedua bola akan saling menekan dengan gaya F yang sama besar tetapi arahnya berlawanan.
VA VA’
Va FAB FBA VB’

Dari gambar tersebut maka menurut hukum III Newton :
FAB = -FBA
FAB . ∆t = -FBA . ∆t
MA VA’ – MA VA = - (MB VB’ – MB VB)
MA VA + MB VB = MB VB’ + MB VB’
Dalam hukum kekekalan momentum terdapat tiga jenis tumbukan yaitu
Tumbukan elastis sempurna
Yaitu tumbukan yang tak mengalmi perubahan energi. Koefisien restitusi e = 1. Tumbukan elastis sempurna adalah tumbukan antara dua benda yang jumlah energi mekaniknya tetap sama besar sesaat sebelum dan sesudah terjadi tumbukan.
Tumbukan elastis sebagian
Yaitu tumbukan yang tidak berlaku hukum kekekalan energi mekanik sebab ada sebagian energi yang diubah dalam bentuk lain, misalnya panas. Tumbukan elastis sebagian adalah tumbukan antara dua benda yang jumlah energi kinetiknya sesudah terjadi tumbukan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah energi kinektiknya setelah terjadi tumbukan. Koefisien restitusi = 0 < e < 1
Tumbukan tidak elastis.
Yaitu tumbukan yang tidak berlaku hukum kekelan energi mekanik dan kedua benda setelah tumbukan melekat an bergerak bersama-sama koefisien restitusi = 0. Besarnya koefisien restitusi untuk semua jenis tumbukan berlaku
(V_(1-)^' V)/(V_1^'- V)
Tumbukan yang terjadi jika bola dijatuhkan dari ketinggian h meter dari atas lantai. Kecepatan bola waktu menumbuk lantai dapat di cari dengan persamaan
VA = √2gh

Pada setiap jenis tumbukan selalu berlaku kekekalan momentum tetapi tidak selalu berlaku hukum kekekalan energi mekanik. Sebab disini sebagian energi mungkin diubah menjadi panas akibat tumbukan.
Langkah Kerja
Menimbang massa bola A dan B
Mengikat bola A pada statif
Meletakkan kertas karbon di bawah statif
Menyimpangkan bola A dan mengukur tingginya dan mengukur tinggi bola B
Mengayunkan bola A hingga mengenai bola B
Menghitung jarak bla B yang jatuh di atas kertas karbon mulai dari jatuh bola B sampai tepat tegak lurus pada kedudukan bola B semula
Mencatat hasil percobaan kedalam tabel pengamatan
Mengulangi percobaan hingga 8 kali

Tabel Hasil Percobaan
No Tinggi Bola B
( y) Tinggi Bola A
( h ) Jarak Jatuh Bola B
( x )
1 14,7 cm 16 cm 20,50 cm
2 14,7 cm 16 cm 22,80 cm
3 14,7 cm 16 cm 22,50 cm
4 14,7 cm 16 cm 20,70 cm
5 14,7 cm 16 cm 22,40 cm
6 14,7 cm 16 cm 20,11 cm
7 14,7 cm 16 cm 21,50 cm
8 14,7 cm 16 cm 21,00 cm

Pengolahan Data







PERCOBAAN III
Judul Percobaan
“ Ayunan Bandul “

Tujuan Percobaan
Menentukan periode dari suatu ayunan
Menentukan gaya gravitasi bumi melalui metode ayunan bandul

Alat dan Bahan
Tali benang
Statif
Bandul
Stopwatch
Mistar

Landasan Teori
Bandul adalah benda yang terikat pada sebuah tali dan dapat berayun secara bebas dan periodik yang menjadi dasar kerja dari sebuah jam dinding kuno yang mempunyai ayunan. Dalam bidang fisika, prinsip ini pertama kali ditemukan pada tahun 1602 oleh Galileo Galilei, bahwa perioda (lama gerak osilasi satu ayunan, T) dipengaruhi oleh panjang tali dan percepatan gravitasi.
Gerak osilasi (getaran) yang populer adalah gerak osilasi pendulum (bandul). Pendulum sederhana terdiri dari seutas tali ringan dan sebuah bola kecil (bola pendulum) bermassa m yang digantungkan pada ujung tali, gaya gesekan udara kita abaikan dan massa tali sangat kecil sehingga dapat diabaikan relatif terhadap bola. Dengan bandulpun kita dapat mengeahui grafitasi di tempat bandul tersebut diuji.
Bandul sederhana adalah sebuah benda kecil, biasanya benda berupa bola pejal, digantungkan pada seutas tali yang massanya dapat diabaikan dibandingkan dengan massa bola dan panjang bandul sangat besar .dibandingkan dengan jari-jari bola. Ujung lain tali digantungkan pada suatu penggantung yang tetap, jika bandul diberi simpangan kecil. dan kemudian dilepaskan, bandul akan berosilasi (bergetar) di antara dua titik, misalnya titik A dan B, dengan periode T yang tetap. Seperti sudah dipelajari pada percobaan mengenai, getaran, satu getaran (1 osilasi) didefinisikan sebagai gerak bola dari A ke B dan kembali ke A, atau dari B ke A dan kembali ke B, atau gerak dari titik a ke A ke B dan kembali ke titik O. Ada beberapa parameter (atau variabel) pada bandul, yaitu periodenya (T), ), massa bandul (m), dan simpangan sudut (O) panjangnya (l ). Periode adalah selang waktu yang diperlukan oleh suatu benda untuk melakukan satu getaran lengkap. Getaran adalah gerakan bolak-balik yang ada di sekitar titik keseimbangan di mana kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang diberikan. Satu getaran frekuensi adalah satu kali gerak bolak-balik penuh. Satu getaran lengkap adalah gerakan dari a-b-c-b-a, sesuai pada gambar.






Periode ayunan Bandul adalah:

L = Panjang Tali
g = Percepatan Gravitasi
Periode juga dapat dicari dengan 1 dibagi dengan frekuensi. Frekuensi adalah benyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Rumus frekuensi adalah jumlah getaran dibagi jumlah detik waktu. Frekuensi memiliki satuan hertz / Hz.
Langkah Kerja
Mengukur panjang tali 70 cm dan menggantungkan bandul pada tali
Menyimpangkan bandul dengan sudut yang diperkirakan dan mengayunkannya
Menghitung waktu yang dibutuhkan setiap 10 kali ayunan
Mencatat hasil percobaan pada tabel hasil pengamatan
Mengulangi percobaan hingga 8 kali dengan panjang tali yang berbeda dengan mengurangkan 5 cm

Tabel Hasil Percobaan
No Panjang
Tali Jumlah
Ayunan Waktu ( s) Periode
1 70 cm 10 17,30 s 1.73
2 65 cm 10 16,20 s 1.62
3 60 cm 10 15,73 s 1.57
4 55 cm 10 15,06 s 1.50
5 50 cm 10 14,28 s 1.42
6 45 cm 10 13,43 s 1.34
7 40 cm 10 12,77 s 1.27
8 35 cm 10 11,99 s 1.19

Pengolahan Data











PERCOBAAN IV
Judul Percobaan
“ Kalor Jenis “

Tujuan Percobaan
Menjelaskan hubungan antara kalor lepas dan kalor terima
Mengukur kalor jenis suatu logam

Alat dan Bahan
Pembakar spritus ( kompor gas karena pembakar tidak dapat di gunakan
Benda logam
Termometer
Gelas kimia
Neraca analitik
Tempat pop mie ( beaker gabus tidak dapat digunakan )

Landasan Teori
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Jika suatu zat menerima kalor, suhu zat tersebut akan naik. Besarnya kenaikan suhu dari zat berbanding lurus dengan banyaknya kalor yang diterima oleh zat tersebut, dan berbanding terbalik dengan massa zat. Besarnya kalor untuk menaikkan suhu satu satuan massa zat bergantung pada jenis zat. Oleh karena itu, kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan suatu zat untuk menaikkan suhu 1 kg zat tersebut sebesar 10 C. Berdasarkan defenisi tersebut maka hubungan antara banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda dan kalor jenis benda serta kenaikan suhu benda dituliskan dalam bentu persamaan berikut.

c = Q/(m ∆T) atau Q = m c ∆T
dengan
Q : kalor ( joule)
m : massa benda ( kg )
c : kalor jenis ( Jkg-1 0C-1 )
∆T : perubahan suhu (0C )
Hukum kekekalan energi dalam bentuk kalor sering disebut dengan asas black. Asas Black menyatakan bahwa kalor yang dilepaskan oleh sebuah benda sama dengan kalor yang diterima oleh benda yang lain. Dengan menggunakan asas black, kalor jenis suatu zat dapat ditentukan dengan menggunakan kalorimeter. Penjabaran dari asa black adalah sebagai berikut.
Jika dua buah benda yang berbeda suhunya dicampurkan, benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama.
Jumlah kalor yang diserap oleh benda dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas oleh benda panas.
Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama dengan kalor yang diserap bila dipanaskan.
Rumus Asas Black
( M1 x C1 ) ( T1- Ta ) = ( M2 x C2 ) ( T2- Ta )
M1 : massa benda yang memiliki suhu yang lebih tinggi
C1 : kalor jenis benda yang memiliki suhu yang lebih tinggi
Ta : suhu akhir pencampuran
T1 : suhu benda yang memiliki suhu yang paling tinggi
M2 : massa benda yang memiliki suhu yang lebih rendah
C2 : kalor jenis benda yang memiliki suhu yang lebih rendah
T2 : suhu benda yang memiliki suhu yang paling rendah

Langkah Kerja
Mengikat logam dan menimbang massanya
Menimbang massa beaker kosong
Mengisi beaker kosong dengan air hingga ¼ bagian
Menimbang beaker yang berisi air
Menghitung massa air dengan mengurangkan massa beaker berisi air dengan massa beaker kosong
Mengantung logam pada statif kedalam gelas kimia yang berisi air
Menggantung termometer kedalam gelas kimia
Memanaskan air dalam gelas kimia hingga mencapai suhu 800 C dengan menggunakan kompor gas
Mengangkat logam dari dalam gelas kimia dan memindahkannya ke dalam beaker yang berisi air yang sebelumnya sudah terdapat termometer
Goyang-goyang beaker hingga suhunya mencapai suhu maksimal
Mencata suhu kesetimbangannya
Mencatat hasil percobaan kedalam tabel pengamatan

Tabel Hasil Percobaan
No Objek Jumlah Satuan
1 Massa beaker 7.33 x 10-3 kg
2 Massa beaker + air 1.29 x 10-1 Kg
3 Massa air ( M2) 1.20 x 10-1 Kg
4 Massa logam ( M1 ) 2.42 x 10-2 Kg
5 Suhu logam ( T1 353 K
6 Suhu air beaker ( T2 ) 311 K
7 Suhu kesetimbangan 308 K



Pengolahan Data

Aplikasi metode Geolistrik Resistivitas Untuk Menentukan Letak Akumulasi Polutan Sampah

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai bahan buangan, yaitu sampah dan limbah (Widyatmoko dan Sintorini,2002). Sampah adalah buangan berupa padat merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit ,menurunkan sumber daya,menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai negatif lainnya. Sampah merupakan masalah bagi semua orang, sehingga manusia menyingkirkan sampah sejauh mungkin dari aktifitas manusia. Di kota-kota besar untuk menjaga kebersihan sering kali menyingkirkan sampah ke tempat yang jauh dari pemukiman atau yang biasa disebut Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Di negara berkembang,sampah umumnya ditampung pada lokasi pembuangan dengan menggunakan sistem Sanitary Landfill (Johani, 2002). Sanitari Landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu yaitu jenis dan porositas tanah, dimana pada dasar cekungan dilapisi geotekstil untuk menahan peresapan lindi pada tanah serta dilengkapi dengan saluran lindi. Cara penimbunan seperti ini dianggap murah dan mudah. Karena kelihatannya mudah, sehingga penimbunannya tidak direncanakan dengan baik dan dilakukan dengan sembarangan sehingga tidak mengindahkan Sanitary Landfill akhirnya berubah menjadi sistem Open Dumping. Akibatnya adalah terjadi pencemaran air tanah dan udara di sekitar TPA (Widyatmoko dan Sintorini,2002).
Masalah sampah sebenarnya sudah lama menjadi masalah di kota-kota besar di Indonesia, masalah tersebut muncul karena terbatasnya lahan kosong yang dapat dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir, sementara produksi sampah tiap hari terus berlangsung. Sampah yang dibuang pada lokasi TPA akan mengalami pembusukan terutama pada sampah basah yang umumnya terdiri dari sampah organik, apalagi di negara Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai iklim panas dan kelembaban tinggi. Hal ini merupakan faktor pemercepat terjadinya reaksi kimia, sehingga sampah lebih cepat membusuk jika dibandingkan dengan negara lain (Widyatmiko dan Sintorini, 2002). Air yang ada pada sampah hasil pembusukan umumnya mengandung bahan kimia, bakteri dan kotoran lainnya yang dapat merembes ke dalam tanah. Jika ada air hujan yang melewati sampah ini maka akan tercemar oleh polutan tersebut, sehingga hal ini dapat menimbulkan pencemaran air tanah baik yang berasal dari rembesan air sampah itu sendiri.
Air merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Pada zaman dahulu, kehidupan daerah berada pada daerah yang dekat dengan air, sungai, mata air atau danau untuk mendapatkan sumber air. Dengan bertambahnya populasi dan kemajuan industri menyebabkan kebutuhan air akan sangat meningkat, sehingga banyak penduduk yang memanfaatkan air tanah (Magetsari dan Aziz, 1995). Air tanah merupakan sumber air tawar yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan konsumsi manusia, hewan serta tanaman yang jumlahnya mencapai 34,88% dari seluruh air yang ada di bumi (Magetsari dan Azis, 1995). Saat ini karena semakin menipisnya lahan pemukiman, semakin banyak penduduk di kota-kota besar yang tinggal di daerah sekitar TPA, beberapa diantaranya memanfaatkan air sumur sebagai sumber air minum. Hal ini dikarenakan kebutuhan air bersih di daerah sekitar TPA biasanya tidaak terjangkau pelayanan yang disediakan oleh pemerintah melalui Perusahaan Air Minum (PAM) (Suganda, 2004). Jika terjadi pencemaran air tanah akibat meresapnya air lindi yang berasal dari pembusukan sampah, maka hal ini bisa menjadi penghambat bagi kelangsungan hidup penduduk sekitar TPA tersebut. Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terletak di daerah Batu Kelurahan Mancani Kecamatan Telluwanua merupakan salah satu TPA yang berada di daerah Kota Palopo. Layanan TPA ini mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. Sampah yang dibuang di tempat ini kebanyakan sampah organik yang berasal dari pasar-pasar dan perumahan masyarakat. Hal ini menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat mencemari air tanah. Pada daerah ini diduga terdapat rembesan air lindi yang merupakan polutan sampah yang dapat mencemari air tanah di daerah sekitar TPA tersebut.
Lindi atau polutan sampah diketahui mempunyai konduktivitas yang berbeda dengan air tanah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya, menunjukkan bahwa polutan ini mempunyai konduktivitas yang lebih tinggi dari pada air tanah. Dengan demikian nilai resistivitas polutan ini lebih rendah dari pada air tanah. Menurut Loke (1997) resistivitas air bersih (fress) adalah antara 10-100 ‘Ωm. Berdasarkan sifat inilah bisa dilakukan penelitian untuk mengetahui letak akumulasi rembesan polutan cair disekitar TPA dengan memanfaatkan perbedaan resistivitas tersebut. Metode yang biasa digunakan adalah metode geolistrik resistivitas.
Metode geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode geofisika yang memanfaatkan variasi resistivitas yang dapat digunakan untuk mendeteksi kontaminan cair dalam tanah yang sering diasosiasikan sebagai fluida konduktif.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode geolistrik bisa memetakan pencemaran air tanah, seperti penelitian yang dilakukan Sulistijo, dkk, (2001) berhasil memetakan arah penyebaran pencemaran air tanah disekitar TPA Pasir Impun di Kabupaten Bandung, Grandis dan Yudistira (2002) melakukan penelitian di bekas TPA Pasir Impun Bandung dan berhasil memperkirakan penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida konduktif dengan anomali konduktif (resistivitas kurang dari 10 Ωm) menunjukkan akumulasi rembesan lindi yang dapat mencemari air tanah di sekitar daerah tersebut. Serta penelitian yang dilakukan oleh Johanis (2002) dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan mengambil tiga lintasan sebagai sampel, yaitu lintasan A terletak pada timbunan sampah, lintasan B berada antara timbunan sampah dan tanah, lintasan C berada di luar timbunan sampah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat resistivitas rendah pada ketiga lintasan tersebut yang diduga merupakan daerah yang tercemar polutan cair yang dihasilkan oleh pembusukan sampah.
Metode geolistrik terbukti merupakan metode sederhana yang terkenal dalam pendeteksian kualitas air tanah. Metode ini terbukti telah memecahkan banyak masalah tentang air tanah (Kalinski, dkk) (1993).

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Dimanakah letak akumulasi rembesan lindi yang dihasilkan dari pembusukan sampah TPA Batu Kelurahan Maccani Kecamatan Telluwanua Palopo?
2. Bagaimana pola distribusi dari rembesan lindi tersebut?

C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keberadaan dan pola distribusi dari akumulasi rembesan air lindi di TPA Batu Kelurahan Maccani Kecamatan Telluwanua Palopo.

D. Manfaat
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, hasil dari penelitian ini diharapkan:
1. Mampu memberikan sumbangan pemikiran di bidang ilmu pengetahuan terutama geofisika dalam memecahkan berbagai permasalahan tentang air tanah sebagai sumber air.
2. Bermanfaat dari sudut pandang peringatan awal dalam upaya memantau pencemaran air tanah dangkal dan dapat menjadi bahan pertimbangan yang berguna dalam pengelolaan dan penentuan lokasi TPA.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampah dan Sistem Pengelolaannya
Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan. Pada umumnya sampah dibagi menjadi,pertama adalah sampah basah yang terdiri dari bahan organik yang mudah membusuk, sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran dan lain-lain. Kedua adalah sampah kering, yaitu sampah yang terddiri dari logam seperti besi tua, kaleng bekas dan sampah kering yang non logam seperti kertas, kayu, kaca, keramik, batu-batuan dan sisa yang lain (Mansuruddin Anwar, 2005).
Sampah organik merupakan sampah yang mudah membusuk yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan gas metana (CH4 dan H2S) yang bersifat racun bagi tubuh makhluk hidup. Penanganan jenis sampah ini sebenarnya dapat dilakukan dengan cara meminimalkan bangkitan sampah di perkotaan, pertama melalui program upaya pengurangan jumlah sampah, kedua dengan mendaur ulang dan ketiga memanfaatkan sampah yang masih berguna. Sampah yang tidak dapat membusuk adalah sampah yang memiliki bahan dasar plastik, logam, gelas, karet. Untuk pemusnahannya dapat dilakukan pembakaran tetapi dapat menimbulkan dampak lingkungan karena menghasilkan zat kimia, debu dan abu yang berbahaya bagi makhluk hidup (Mansuruddin Anwar, 2005).
Sampah di tampung pada sebuah TPA untuk dikelola. Sistem pengelolaan sampah biasanya menggunakan sistem Sanitary Landfill yaitu sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu, antara lain jenis dan porositas tanah. Dasar cekungan pada sistem ini dilapisi geotekstil. Lapisan yang menyerupai plastik ini menahan peresapan lindi ke tanah. Di atas lapisan ini, dibuat jaringan pipa yang akan mengalirkan lindi ke kolam penampungan. Lindi yang telah melalui instalasi pengolahan baru dapat dibuang ke sungai. Sistem ini juga mensyaratkan sampah ditutupi dengan tanah setebal 15 cm tiap kali timbunan mencapai ketinggian 2 m. Sistem Sanitary landfill tentunya harus memenuhi desain teknis tertentu sehingga sampah yang dimasukkan ke tanah tidak mencemari tanah dan air tanah. Di negara maju sampah sebelum masuk ke TPA dipilah terlebih dahulu antara sampah organik dan non organik. Sampah seperti kaca, logam, plastik dan sampah medis dibakar dengan incenerator dengan suhu minimal 10000 C hingga menjadi abu putih sebelum ditimbun. Secara umum Secara umum Sanitary terdiri atas elemen sebagai berikut:
1.) Lining system berguna untuk mencegah atau mengurangi kebocoran lindi ke dalam tanah yang akhirnya bisa mencemari air tanah. Biasanya lining system terbuat dari compacted clay, geomembran atau campuran tanah dengan bentonite.
2.) Leachate collection system dibuat di atas lining system dan berguna untuk mengumpulkan leachate dan memompa ke luar sebelum sebelum lindi menggenang di lining system yang akhirnya akan menyerap ke dalam tanah.
3.) Cover atau cap system berguna untuk mengurangi cairan akibat hujan yang masuk ke dalam landfill. Dengan berkurangnya cairan yang masuk akan mengurangi lindi.
4.) Gas ventilation system berguna untuk mengendalikan aliran dan konsentrasi di dalam landfill dengan demikian mengurangi resiko gas mengalir di dalam tanah tanpa terkendali yang akhirnya dapat menimbulkan peledakan.
5.) Monitoring system bisa dibuat di dalam atau di luar landfill sebagai peringatan dini kalau terjadi kebocoran atau bahaya kontaminasi di lingkungan sekitar.
Selain system Sanitary Landfill, sistem yang biasa digunakan adalah sistem Open Dumping atau model curah yang lebih primitif dari pada sistem Sanitary Landfill, yaitu sampah ditumpuk menggunung pada suatu tempat tanpa dilapisi geotekstil dan saluran lindi. Selain itu dikenal sistem controlled landfill (Andi Amirullah, 2002) yaitu setiap satu meter ketebalan sampah yang masuk harus ditumpuki tanah penutup. Tanah penutup ini diambilkan dari areal TPA yang morfologi buktinya memungkinkan pengelola tidak harus mengambil tanah penutup dari lokasi lain. Sistem inilah yang biasa digunakan TPA di Indonesia. Sistem ini sangat berbahaya karena sampah yang dibiarkan terbuka bukan hanya mengakibatkan pencemaran udara akibat bau. Sampah yang menggunung akan menghasilkan lindi, yakni limbah cair, baik yang berasal dari proses pembusukan TPA yang terletak di daerah yang curah hujan tinggi akan menghasilkan kandungan lindi tinggi. Tetapi kualitas lindi itu masih dipengaruhi komposisi atau karakteristik sampah yang dibuang, umur timbunan, dan pola operasional TPA. Lindi yang berasal dari TPA akan mengalir masuk ke dalam tanah dan menjadi aliran air tanah dan mencemari sumur-sumur penduduk yang tinggal di daerah sekitar TPA.
Tumbuhnya perumahan liar di sekitar TPA menimbulkan permasalahan yang perlu disikapi, karena rumah tersebut jauh dari kriteria sehat. Masyarakat di sekitar TPA mengambil kesempatan memilah sampah organik dan anorganik. Plastik, botol bekas, kaleng dan kaca merupakan bahan bekas yang dapat didaur ulang. Kontribusi pemulung dalam mendaur ulang sampah cukup besar, tetapi proses pencucian sampah plastik belum memperhatikan aspek kebersihan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah lalat yang jumlahnya di atas kriteria baku mutu. Pemilahan sampah anorganik membantu sistem sanitary landfillkarena sampah organik telah terpisah, tetapi upaya pemilahan belum optimum sehingga ditemukan sampah organik dan anorganik masih tercampur. Plastik yang tidak terurai ini dapat menimbulkan masalah lingkungan. Usaha pengumpulan sampah plastik, kaca, besi memberikan nilai positif bagi pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar TPA karena limbah ini merupakan komoditi yang bernilai ekonomi (Mansuruddin Anwar, 2005).



B. Air Tanah dan Pencemarannya
Air tanah adalah air yang tersimpan/terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh alam. Kondisi suatu lapisan tanah membuat suatu pembagian zone air tanah menjadi dua zone besar yaitu:
1.) Zone air berudara (zone of aeration) zone ini adalah suatu lapisan tanah yang mengandung air yang masih dapat kontak dengan udara. Pada zone ini terdapat tiga lapisan tanah, yaitu lapisan air tanah permukaan, lapisan intermediate yang berisi air gravitasi dan lapisan kapiler yang berisi air kapiler.
2.) Zone air jenuh (zone of saturation) zone ini adalah suatu lapisan tanah yang mengandung air tanah yang relatif tak terhubung dengan udara luar dan lapisan tanahnya atau aquifer bebas.
Pencemaran adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Jadi pencemaran air tanah adalah suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air. Pencemar air dapat menentukan indikator yang terjadi pada air lingkungan. Pencemar air dikelompokkan sebagai berikut:
1.) Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini da[at mengakibatkan semakin berkembangnya mikroorganisme dan mikroba patogen pun ikut juga berkembang biak di mana hal ini dapat mengakibatkanberbagai macam penyakit.
2.) Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air, sehingga hal ini dapat mengakibatkan air menjadi bersifat sudah karena mengandung ion kalsium (Ca) dan ion magnesium (Mg). Selain itu ion-ion tersebut dapat bersifat racun seperti timbal (Pb), arsen (As) dan air raksa (Hg) yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
3.) Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya seperti bahan pencemar air yang berupa sabun, bahan pemberantas hama, zat warna kimia, larutan penyamak kulit dan zat radioaktif. Zat kimia ini di air lingkungan merupakan racun yang mengganggu dan dapat mematikan hewan air, tanaman air dan mungkin juga manusia.

C. Metode Geolistrik Resistivitas
Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Pendeteksian di atas permukaan meliputi pengukuran medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi. Metode geolistrik yang terkenal antara lain: metode potensial diri (SP), arus telluric, magnetotelluric, elektromagnetik, IP (Induced polarization) dan resistivitas (tahanan jenis) (Reinolds, 1997).
Metode geolistrik resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah titik ukur. Pada metode ini dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya yang sering digunakan adalah: konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner-Schlumberger, konfigurasi Dipol-dipol, Rectangle Line Source dan sistem gradien 3 titik.
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan metode ini dibagi menjadi dua yaitu mapping dan sounding. Metode resistivitas mapping merupakan metode resistivitas yang bertujuan mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah permukaan secara horizontal. Sedangkan metode resistivitas sounding bertujuan mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Pengubahan jarak elektroda ini tidak dilakukan secara sembarang, tetapi mulai jarak elektroda kecil kemudian membesar secara gradual. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi, akan diperoleh ketebalan dan resistivitas masing-masing lapisan batuan. Sering digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak spasi sama panjang (r1 = r4 = a dan r2 = r3 = 2a). Jarak antara elektroda arus adalah tiga kali jarak elektroda potensial.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat
1.) Resistivimeter
2.) Patok
3.) Palu
4.) Accu (Elemen Kering)
5.) Elektroda (Elektroda potensial dan Elektroda Arus)
6.) Meteran
7.) Kabel Listrik
8.) Alat tulis Menulis
9.) Res2Dinv
B. Bahan
1.) Sampah Organik
C. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah sampah organik yang ada di desa Batu Kelurahan Mancani Kecamatan Telluwanua Kota Palopo.
D. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni 2011 di TPA di desa Batu Kelurahan Mancani Kecamatan Telluwanua Kota Palopo.






E. Metode Kerja
1. Persiapan
Pada tahapan ini penulis mempelajari hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan permasalahan yang ada, teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.
2. Akuisisi Data
Data yang diharapkan dalam penelitian ini adalah berupa nilai resistivitas semu yang dihasilkan dari perhitungan data lapangan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mengukur panjang lintasan
b. Mengukur spasi awal yaitu m (n=1) dan ditandai dengan pasak. Pengukuran ini disesuaikan dengan aturan konfigurasi Wenner.
c. Memasang keempat elektroda yaitu dua elektroda arus dan dua elektroda potensial di tempat yang sudah ditandai dengan pasak.
d. Menghubungkan keempat elektroda tersebut dengan resistivity meter dengan menggunakan kabel penghubung.
e. Mengaktifkan resistivity meter, kemudian melakukan injeksi arus listrik dalam tanah.
f. Mencatat nilai tegangan (Volt) dan Arus (Ampere) sebagai hasil pencatatan akhir dari alat resistivity meter.
g. Memindahkan posisi elektroda sesuai dengan aturan konfigurasi Wenner, kemudian menginjeksikan arus dan mencatat hasilnya. Pemindahan dilakukan terus sampai melingkupi seluruh panjang lintasan.
h. Pada pengukuran kedua (n=2), spasi diubah kemudian melakukan hal yang sama seperti langkah di atas sampai pengukuran ketujuh dengan meemperbesar spasi 3, 6, 9, 12, 15, 18 dan 21 meter (n=7).

sumber dian fitria

Sejarah Pembentukan Tta Surya

Sejarah Awal Teori Pembentukan Tata Surya


Sebuah teori lahir dari keingintahuan akan suatu kejadian atau keadaan. Tidak mudah untuk mempercayai sebuah teori baru, apalagi jika teori tersebut lahir ditengah kondisi masyarakat yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Tapi itulah kenyataan yang harus dihadapi oleh para ilmuwan di awal-awal penemuan mereka.
Hal utama yang dihadapi untuk mengerti lebih jauh lagi tentang Tata Surya adalah bagaimana Tata Surya itu terbentuk, bagaimana objek-objek didalamnya bergerak dan berinteraksi serta gaya yang bekerja mengatur semua gerakan tersebut. Jauh sebelum Masehi, berbagai penelitian, pengamatan dan perhitungan telah dilakukan untuk mengetahui semua rahasia dibalik Tata Surya.
Pengamatan pertama kali dilakukan oleh bangsa China dan Asia Tengah, khususnya dalam pengaruhnya pada navigasi dan pertanian. Dari para pengamat Yunani ditemukan bahwa selain objek-objek yang terlihat tetap di langit, tampak juga objek-objek yang mengembara dan dinamakan planet. Orang-orang Yunani saat itu menyadari bahwa Matahari, Bumi, dan Planet merupakan bagian dari sistem yang berbeda. Awalnya mereka memperkirakan Bumi dan Matahari berbentuk pipih tapi Phytagoras (572-492 BC) menyatakan semua benda langit berbentuk bola (bundar).
Sampai dengan tahun 1960, perkembangan teori pembentukan Tata Surya bisa dibagi dalam dua kelompok besar yakni masa sebelum Newton dan masa sesudah Newton.
Permulaan Perhitungan Ilmiah
Perhitungan secara ilmiah pertama kali dilakukan oleh Aristachrus dari Samos (310-230 BC). Ia mencoba menghitung sudut Bulan-Bumi-Matahari dan mencari perbandingan jarak dari Bumi-Matahari, dan Bumi-Bulan. Aristachrus juga merupakan orang pertama yang menyimpulkan Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan berbentuk lingkaran yang menjadi titik awal teori Heliosentrik. Jadi bisa kita lihat kalau teori heliosentrik bukan teori yang baru muncul di masa Copernicus. Namun jauh sebelum itu, Aristrachrus sudah meletakkan dasar bagi teori heliosentris tersebut.
Pada era Alexandria, Eratoshenes (276-195BC) dari Yunani berhasil menemukan cara mengukur besar Bumi, dengan mengukur panjang bayangan dari kolom Alexandria dan Syene. Ia menyimpulkan, perbedaan lintang keduanya merupakan 1/50 dari keseluruhan revolusi. Hasil perhitungannya memberi perbedaan sebesar 13% dari hasil yang ada saat ini.
Ptolemy dan Teori Geosentrik
Ptolemy (c 150AD) menyatakan bahwa semua objek bergerak relatif terhadap bumi. Dan teori ini dipercaya selama hampir 1400 tahun. Tapi teori geosentrik mempunyai kelemahan, yaitu Matahari dan Bulan bergerak dalam jejak lingkaran mengitari Bumi, sementara planet bergerak tidak teratur dalam serangkaian simpul ke arah timur. Untuk mengatasi masalah ini, Ptolemy mengajukan dua komponen gerak. Yang pertama, gerak dalam orbit lingkaran yang seragam dengan periode satu tahun pada titik yang disebut deferent. Gerak yang kedua disebut epycycle, gerak seragam dalam lintasan lingkaran dan berpusat pada deferent.
Teori heliosentrik dan gereja
Nicolaus Copernicus (1473-1543) merupakan orang pertama yang secara terang-terangan menyatakan bahwa Matahari merupakan pusat sistem Tata Surya, dan Bumi bergerak mengeliinginya dalam orbit lingkaran. Untuk masalah orbit, data yang didapat Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit planet-planet. Namun ia mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak kosentrik. Teori heliosentrik disampaikan Copernicus dalam publikasinya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium kepada Paus Pope III dan diterima oleh gereja.
Tapi dikemudian hari setelah kematian Copernicus pandangan gereja berubah ketika pada akhir abad ke-16 filsuf Italy, Giordano Bruno, menyatakan semua bintang mirip dengan Matahari dan masing-masing memiliki sistem planetnya yang dihuni oleh jenis manusia yang berbeda. Pandangan inilah yang menyebabkan ia dibakar dan teori Heliosentrik dianggap berbahaya karena bertentangan dengan pandangan gereja yang menganggap manusialah yang menjadi sentral di alam semesta.
Lahirnya Hukum Kepler
Walaupun Copernicus telah menerbitkan tulisannya tentang Teori Heliosentrik, tidak semua orang setuju dengannya. Salah satunya, Tycho Brahe (1546-1601) dari Denmark yang mendukung teori matahari dan bulan mengelilingi bumi sementara planet lainnya mengelilingi matahari. Tahun 1576, Brahe membangun sebuah observatorium di pulau Hven, di laut Baltic dan melakukan penelitian disana sampai kemudian ia pindah ke Prague pada tahun 1596.
Di Prague, Brahe menghabiskan sisa hidupnya menyelesaikan tabel gerak planet dengan bantuan asistennya Johannes Kepler (1571-1630). Setelah kematian Brahe, Kepler menelaah data yang ditinggalkan Brahe dan menemukan bahwa orbit planet tidak sirkular melainkan elliptik.
Kepler kemudian mengeluarkan tiga hukum gerak orbit yang dikenal sampai saat ini yaitu ;
1. Planet bergerak dalam orbit ellips mengelilingi matahari sebagai pusat sistem.
2. Radius vektor menyapu luas yang sama dalam interval waktu yang sama.
3. Kuadrat kala edar planet mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata dari matahari.
Kepler menuliskan pekerjaannya dalam sejumlah buku, diantaranya adalah Epitome of The Copernican Astronomy dan segera menjadi bagian dari daftar Index Librorum Prohibitorum yang merupakan buku terlarang bagi umat Katolik. Dalam daftar ini juga terdapat publikasi Copernicus, De Revolutionibus Orbium Coelestium.
Awal mula dipakainya teleskop
Pada tahun 1608, teleskop dibuat oleh Galileo Galilei (1562-1642), .Galileo merupakan seorang professor matematika di Pisa yang tertarik dengan mekanika khususnya tentang gerak planet. Ia salah satu yang tertarik dengan publikasi Kepler dan yakin tentang teori heliosentrik. Dengan teleskopnya, Galileo berhasil menemukan satelit-satelit Galilean di Jupiter dan menjadi orang pertama yang melihat keberadaan cincin di Saturnus.
Salah satu pengamatan penting yang meyakinkannya mengenai teori heliosentrik adalah masalah fasa Venus. Berdasarkan teori geosentrik, Ptolemy menyatakan venus berada dekat dengan titik diantara matahari dan bumi sehingga pengamat dari bumi hanya bisa melihat venus saat mengalami fasa sabit.
Tapi berdasarkan teori heliosentrik dan didukung pengamatan Galileo, semua fasa Venus bisa terlihat bahkan ditemukan juga sudut piringan venus lebih besar saat fasa sabit dibanding saat purnama. Publikasi Galileo yang memuat pemikirannya tentang teori geosentrik vs heliosentrik, Dialogue of The Two Chief World System, menyebabkan dirinya dijadikan tahanan rumah dan dianggap sebagai penentang oleh gereja.
Dasar yang diletakkan Newton
Di tahun kematian Galileo, Izaac Newton (1642-1727) dilahirkan. Bisa dikatakan Newton memberi dasar bagi pekerjaannya dan orang-orang sebelum dirinya terutama mengenai asal mula Tata Surya. Ia menyusun Hukum Gerak Newton dan kontribusi terbesarnya bagi Astronomi adalah Hukum Gravitasi yang membuktikan bahwa gaya antara dua benda sebanding dengan massa masing-masing objek dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda. Hukum Gravitasi Newton memberi penjelasan fisis bagi Hukum Kepler yang ditemukan sebelumnya berdasarkan hasil pengamatan. Hasil pekerjaannya dipublikasikan dalam Principia yang ia tulis selama 15 tahun.
Teori Newton menjadi dasar bagi berbagai teori pembentukan Tata Surya yang lahir kemudian, sampai dengan tahun 1960 termasuk didalamnya teori monistik dan teori dualistik. Teori monistik menyatakan bahwa matahari dan planet berasal dari materi yang sama. Sedangkan teori dualistik menyatakan matahari dan bumi berasal dari sumber materi yang berbeda dan terbetuk pada waktu yang berbeda.

sumber : The Origin and Evolution of the Solar

untuk seorang sahabat

Untuk Seorang Sahabat


Mungkin waktu kan terus berlalu, membawa buih-buih pergi menjauh. Dan manusia hanyalah butir pasir berserak di hamparan zaman, yang mengikuti kemana angin takdir berhembus. Dan mungkin waktu melapukkan batu, membuat besi menjadi karat; Mengubah dunia menjadi tidak seperti yang kita kira dan angankan. Walau sungguh pun waktu berkuasa, persahabatan sejati takkan mudah pudar olehnya.

Akan kenangan saat mimpi-mimpi bersemi semerbak, dan akan kenangan saat mimpi-mimpi terhempas berkeping di jalan berlubang kehidupan — dan kau ada di sana sebagai sahabat yang memahami segala keluh kesah. Atas kebaikan yang mungkin tidak kau sadari, oleh sekedar canda yang membuat hidup ini lebih memiliki arti; menjauhkan rasa nyeri sedari.

Dan sahabat, jika apa yang kita miliki memang persahabatan yang tulus, maka ada tali silaturahmi yang mesti kita jaga. Walau jarak merenggangkan ikatan, dan harapan-harapan membawa kita berlayar ke negeri-negeri asing; ketahuilah bahwa ada seorang sahabat yang akan membantumu jika engkau membutuhkannya.

Kado ini tak lebih berharga ketimbang kebaikanmu selama ini. Hanya sekeping tanda mata agar kau tak lupa, bahwa ada – ada bahagia untuk menjadi seorang saudara.

PERSAHABATAN

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan
dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah.

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi
persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan
bertumbuh bersama karenanya…

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi
membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkanbesi,
demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan
diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti,
diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak,
namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan
dengan tujuan kebencian.Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan
untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya
ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman,
tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan
dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha
pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita
membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi
mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih
dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan
dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya,
karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati,
namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun
ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.















Jika Nabi Muhammad SAW mengunjungimu barang satu atau dua hari,
Jika ia datang secara tiba-tiba, aku ingin tau apa yang akan kamu lakukan?

Aku ingin tahu…
Bila nabi Muhammad SAW mengunjungimu barang sehari atau dua hari…
Bila ia datang dengan tak disangka-sangka…
Aku ingin tau apa yang akan kau lakukan?!
Oh, aku tahu… kau akan menyediakan ruangan yang terbaik bagi seorang tamu yang begitu terhormat,
Dan semua makanan yang akan kau hidangkan padanya adalah makanan yang terlezat,
Dan kau akan terus meyakinkannya bahwa kau senang dikunjunginya, bahwa melayaninya di rumahmu sendiri adalah suatu kebahagiaan tiada bandingannya

Tetapi… Apabila kau melihatnya datang…
Akankah kau menemuinya di pintu dengan tangan terulur menyambut tamumu nan surgawi?
Atau… akankah kau mengganti pakaianmu sebelum kau menyilakannya masuk?
Atau menyembunyikan majalah-majalah dan mengedepankan Al-Qur’an?

Masih akankah kau menonton film-film tak senonoh yang ditayangkan pesawat TV-mu?
Atau… akankah kau tergerasa-gesa mematikannya sebelum ia menjadi bingung?
Akankah kau mematikan radio dan berharap ia tidak mendengarnya?
Dan berharap kau tidak mengucapkan kata akhir yang pedas dan gegabah itu?

Akankah kau menyembunyikan musik duniamu?
Dan bahkan mengeluarkan buku-buku haditsmu?
Dapatkah kau membiarkannya masuk, atau akankah kau bersibuk-sibuk?

Dan aku ingin tahu… apabila nabi bermalam semalam atau dua malam bersamamu,
Akankah kau tetap melakukan segala sesuatu yang selalu kau lakukan?
Akankah kau terus mengatakan segala sesuatu yang senantiasa kau katakan?
Akankah hidupmu berjalan seperti biasa dari hari ke hari?

Akankah percakapan keluargamu tetap seperti biasanya?
Akankah kau menemui kesuliatan pada saat makan untuk mengucap rasa syukur?
Akankah kau tetap memelihara setiap shalat tanpa memperhatikan wajah yang kerung?

Dan akankah kau senantiasa bangun pagi untuk melaksanakan shalat subuh?
Akankah kau menyanyikan lagu-lagu yang selalu kau nyanyikan?
Dan membaca buku-buku yang kau baca?
Dan membiarkannya mengetahui segala sesuatu yang mengisi pikiran dan semangatmu?

Akankah kau mengajak nabi bersamamu kemanapun kau pergi?
Atau… akankah kau, mungkin, mengubah rencanamu untuk barang sehari atau dua hari?

Akankah kau gembira memperkenalkannya kepada kawan-kawan karibmu?
Atau akankah kau berharap mereka akan menjauh sampai kunjungannya usai?
Akankah kau senang bila ia tinggal denganmu untuk selama-lamanya?
Atau akankah kau merasa lega dengan kelegaan yang besar apabila akhirnya ia pergi?

Barangkali menarik juga mengetahui segala apa yang akan kau lakukan, bila nabi Muhammad SAW datang secara pribadi untuk menghabiskan beberapa saat bersamamu !

Dikutip dari sebuah buku karangan: Kang Jalaluddin Rahmat yang berjudul “RINDU RASUL”

Tanaman Monokotil dan Dikotil

Kamis, 02 Juni 2011

sejarah wahabi

SEJARAH WAHABI
Menanggapi banyaknya permintaan pembaca tentang sejarah berdirinya Wahabi maka kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai dengan asal usul dan sejarah perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I’tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain. Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama’ besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat: “Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115)
Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jama’ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?? Dengan segera dia menjawab, “Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan” Lelaki itu bertanya lagi “Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu person pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa. Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu.
Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa Dar’iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama? besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh. Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata : ?Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.
Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka?bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma?la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa?ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi?i yang sudah mapan.
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma?la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. Semula AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkan juga akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman International maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang menentangnya maka diurungkan.
Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak mempedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah SAW dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi SAW terancam akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir. Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal.
Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan bahwa beberapa bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.
“Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir,” katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, ?Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala.
Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul SAW. Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi. Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.
Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid?ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.
Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan mudahnya mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT. Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).
Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid?ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid?ah? Karena nama negeri Rasulullah SAW diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi yaitu As-Sa’ud.
Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan lainnya. Diantaranya: “Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana,” sambil menunjuk ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)
“Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul).” (HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban
Nabi SAW pernah berdo’a: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,” Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdo’a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda: “Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan.”, Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan.
Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang jelas ditujukan kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena dia telah memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya hingga mereka yang mengikuti tidak diperbolehkan berpaling dari majlisnya sebelum bercukur gundul. Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya. Seperti yang telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal: “Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wahab, karena sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah SAW itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian. Al-Allamah Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan dalam kitabnya Jala?udz Dzolam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi SAW: “Akan keluar di abad kedua belas nanti di lembah BANY HANIFAH seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin”. AI-Hadits.
BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab.
Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama’ mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: “Ba daa halaakul khobiits” (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji) (Masun Said Alwy)
http://qitori.wordpress.com/2007/12/06/foto-foto-rumah-nabi-saw-dan-sayyidah-khadijah-yang-telah-dihancurkan-wahabi-salafy/

Budaya Masyarakat Tana Toraja


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang

Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 650.000 jiwa, dengan 450.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja. Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.
Tana Toraja sangat terkenal dengan adat istiadat yang masih sangat kental. Adat istiadat ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan orang Toraja pada jaman dulu yang disebut Aluk. Aluk merupakan kepercayaan sejenis animisme. Salah satu adat yang masih dipegang teguh adalah upacara pemakaman (maq tomate). Dalam ritual ini, biasanya pihak keluarga akan menyedikan beberapa sampai pulihan ekor kerbau yang akan dikorbankan dalam upacara ini. Kerbau ini biasanya dipotong kemudian dimasak untuk dimakan bersama dan sisanya dibagikan kepada kerabat yang datang untuk melayat.
Pada awal abad ke 20,  misi Zending dari Belanda datang ke Toraja untuk menyebarkan agama Kristen. Awalnya masyarakat Toraja yang menganut animisme sangat menentang misi ini, sampai pada akhirnya salah satu pemimpin misi yaitu Anton van de Loosdrecht dibunuh di Toraja. Namun sejak itu, agama Kristen menyebar dengan sangat pesat di Tana Toraja.  Sampai saat ini, lebih dari 95% masyakarat Toraja masih memegang teguh ajaran Kristen.
Saat ini sebagaian besar masyarakat Toraja hidup sebagai petani. Namun karena lahan pertanian sangat terbatas dan teknologi yang digunakan masih sederhana, maka hanya sebagian kecil waktu yang digunakan untuk bertani. Dan hasilnya pun sangat sedikit.  Namun tidak berarti bahwa masyarakat Toraja hidup dibawah garis kemiskinan.
Secara geografis, Tana Toraja merupakan daerah yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung. Sehingga akses dari suatu tempat ke tempat lain menjadi cukup sulit. Dan bahkan sampai saat ini
Kabupaten Tana Toraja beribukota Makale, terletak sekitar 329 km disebelah utara kota Makasar dengan batas-batas wilayah :
Sebelah Utara dengan Kabupaten Mamuju
Sebelah Timur dengan Kabupaten Luwu
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Enrekang
Sebelah Barat dengan Kabupaten Polmas
Orang Toraja adalah penduduk Sulawesi Tengah, untuk sebagian juga mendiami propinsi Sulawesi Selatan yaitu wilayah dari kabupaten Tana Toraja dan Mamasa. Mereka biasanya disebut orang Toraja Sa’dan.
Tana toraja merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang memiliki adat istiadat,seni dan kebudayaan yang unik,mistis, dan indah. Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidendereng dan dari luwu. Orang Sidendreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebutan To Riaja yang mengandung arti “Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan”, sedang orang Luwu menyebutnya To Riajang yang artinya adalah “orang yang berdiam di sebelah barat”. Ada juga versi lain bahwa kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana Toraja. Dalam masyarakat toraja banyak terdapat budaya atau kebiasan-kebiasaan yang unuk seperti upacara kematian yang lebih mewah dibandingkan dengan upacara kematian. Selain itu juga terdapat objek wisata yang indah dan elegant seperti kuburan bayi yang terdapat dalam batang pohon,kuburan manusia yang terdapat dalam sebuah batu yang besar,pemandangan goa Londa dan masih banyak banyak lagi objek-objek wisata yang unik. Tana Toraja dikenal oleh dunia bukan saja karena kebudayaan-kebudayaannya yang unik, orisinil dan sarat akan keindahan seni tetapi juga karena keaslian, keasrian dan keindahan alamnya yang selalu dapat memukau hati para wisatawan yang berkunjung
B.   Rumusan Masalah

1.    Bagaimana sejarah Tanah Toraja?
2.    Bagaimana bentuk budaya Tana Toraja?
3.    Bagaimana ritual budaya Rambu Solo’ dan Rambu Tuka’ serta Ma’ Badong?
4.    Apa hubungan antara Rambu Solo’ dengan tujuh unsure budaya?

C.   Tujuan Penulisan

1.    Menjelaskan sejarah Tana Toraja
2.    Mendeskripsikan budaya Tana Toraja
3.    Memaparkan budaya Rambu Solo’ dan Rambu Tuka’ serta Ma’ Badong
4.    Menghubungka budaya Rambu Solo’ dengan tujuh unsure budaya












BAB II
PEMBAHASAN
A.   Sejarah Tana Toraja
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh47CPYooMhove8faEv-KwemJl1WJ_LFqRwPasfC0p1e-aFitZhB62z_YTHRigx55u-oNVUA-HYt6_UGBWusPjfySTVHla2XKqRKhkXhqlfBPLl4vFlHp2Vh56htQwQLZmnIbWDZWMJ4fk/s200/toraja.jpg
Konon, leluhur orang Toraja adalah manusia yang berasal dari nirwana, mitos yang tetap melegenda turun temurun hingga kini secara lisan dikalangan masyarakat Toraja ini menceritakan bahwa nenek moyang masyarakat Toraja yang pertama menggunakan “tangga dari langit” untuk turun dari nirwana, yang kemudian berfungsi sebagai media komunikasi dengan Puang Matua (Tuhan Yang Maha Kuasa).

Lain lagi versi dari DR. C. CYRUT seorang anthtropolog, dalam penelitiannya menuturkan bahwa masyarakat Tana Toraja merupakan hasil dari proses akulturasi antara penduduk (lokal/pribumi) yang mendiami daratan Sulawesi Selatan dengan pendatang yang notabene adalah imigran dari Teluk Tongkin (daratan Cina). Proses akulturasi antara kedua masyarakat tersebut, berawal dari berlabuhnya Imigran Indo Cina dengan jumlah yang cukup banyak di sekitar hulu sungai yang diperkirakan lokasinya di daerah Enrekang, kemudian para imigran ini, membangun pemukimannya di daerah tersebut.

Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidendereng dan dari luwu. Orang Sidendreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebutan To Riaja yang mengandung arti “Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan”, sedang orang Luwu menyebutnya To Riajang yang artinya adalah “orang yang berdiam di sebelah barat”. Ada juga versi lain bahwa kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana Toraja.
Versi lain menyebutkan bahwa sebelum kata Toraja, digunakan Tondok Lepongan Bulan, To Raja digunakan untuk nama suatu negeri yang sekarang dinamakan Tana Toraja.
Arti kata Toraja itu sendiri ada beberapa pendapat sebagai berikut:
  1. A.Adriani mengartikan TO RAJA adalah orang yang berdiam diatas pegunungan. Kata Toraja itu berasal suku bugis sidenreng
  2. Ada pendapat juga yang mengatakan To Raja ( bahasa bugis luwu ) karena tana toraja terletak di sebelah barat luwu
  3. Pendapat lain yang mengatakan bahwa Toraja itu berasal dari seorang raja Tondok Lepongan Bulan yang bernama laki padada yang ke gowa pada akhir abad ke 13. Dalam sejarah Toraja Laki padada adalah seorang cucu raja yang pergi mengembara untuk mencari hidup yang abadi kemudian tiba dikerajaan Gowa. Pada mulanya penduduk Toraja beragama Aluk Todolo (Agama Leluhur) tetapi pada awal abad 19 pengaruh agama Islam mulai masuk terutama pada bagian selatan. Kemudian dengan adanya Pemerintah Kolonial Belanda didaerah tersebut maka agama Kristen masuk kedaerah ini lalu mempengaruhi kebudayaan asli daereh ini pada tahu 1906.

Dalam sejarah Aluk dikatakan bahwa konon manusia yang turun ke bumi, telah dibekali dengan aturan keagamaan yang disebut aluk. Aluk merupakan aturan keagamaan yang menjadi sumber dari budaya dan pandangan hidup leluhur suku Toraja yang mengandung nilai-nilai religius yang mengarahkan pola-pola tingkah laku hidup dan ritual suku Toraja untuk mengabdi kepada Puang Matua.

Cerita tentang perkembangan dan penyebaran Aluk terjadi dalam lima tahap, yakni: Tipamulanna Aluk ditampa dao langi’ yakni permulaan penciptaan Aluk diatas langit, Mendemme’ di kapadanganna yakni Aluk diturunkan kebumi oleh Puang Buru Langi’ dirura.
Kedua tahapan ini lebih merupakan mitos. Dalam penelitian pada hakekatnya aluk merupakan budaya/aturan hidup yang dibawa kaum imigran dari dataran Indo Cina pada sekitar 3000 tahun sampai 500 tahun sebelum masehi.

Beberapa Tokoh penting daiam penyebaran aluk, antara lain: Tomanurun Tambora Langi’ adalah pembawa aluk Sabda Saratu’ yang mengikat penganutnya dalam daerah terbatas yakni wilayah Tallu Lembangna.

Selain daripada itu terdapat Aluk Sanda Pitunna disebarluaskan oleh tiga tokoh, yaitu : Pongkapadang bersama Burake Tattiu’ menuju bagian barat Tana Toraja yakni ke Bonggakaradeng, sebagian Saluputti, Simbuang sampai pada Pitu Ulunna Salu Karua Ba’bana Minanga, derngan membawa pranata sosial yang disebut dalam bahasa Toraja “To Unnirui’ suke pa’pa, to ungkandei kandian saratu yakni pranata sosial yang tidak mengenal strata. Kemudian Pasontik bersama Burake Tambolang menuju ke daerah-daerah sebelah
timur Tana Toraja, yaitu daerah Pitung Pananaian, Rantebua, Tangdu, Ranteballa, Ta’bi, Tabang, Maindo sampai ke Luwu Selatan dan Utara dengan membawa pranata sosial yang disebut dalam bahasa Toraja : “To Unnirui’ suku dibonga, To unkandei kandean pindan”, yaitu pranata sosial yang menyusun tata kehidupan masyarakat dalam tiga strata sosial.
Tangdilino bersama Burake Tangngana ke daerah bagian tengah Tana Toraja dengan membawa pranata sosial “To unniru’i suke dibonga, To ungkandei kandean pindan”, Tangdilino diketahui menikah dua kali, yaitu dengan Buen Manik, perkawinan ini membuahkan delapan anak. Perkawinan Tangdilino dengan Salle Bi’ti dari Makale membuahkan seorang anak. Kesembilan anak Tangdilino tersebar keberbagai daerah, yaitu Pabane menuju Kesu’, Parange menuju Buntao’, Pasontik ke Pantilang, Pote’Malla ke Rongkong (Luwu), Bobolangi menuju Pitu Ulunna Salu Karua Ba’bana Minanga, Bue ke daerah Duri, Bangkudu Ma’dandan ke Bala (Mangkendek), Sirrang ke Dangle.


Itulah yang membuat seluruh Tondok Lepongan Bulan Tana Matari’ Allo diikat oleh salah satu aturan yang dikenal dengan nama Tondok Lepongan Bulan Tana Matari’ Allo arti harfiahnya adalah “Negri yang bulat seperti bulan dan
Matahari”. Nama ini mempunyai latar belakang yang bermakna, persekutuan negeri sebagai satu kesatuan yang bulat dari berbagai daerah adat. Ini dikarenakan Tana Toraja tidak pernah diperintah oleh seorang penguasa tunggal, tetapi wilayah daerahnya terdiri dari kelompok adat yang diperintah oleh masing-masing pemangku adat dan ada sekitar 32 pemangku adat di Toraja.

Karena perserikatan dan kesatuan kelompok adat tersebut, maka diberilah nama perserikatan bundar atau bulat yang terikat dalam satu pandangan hidup dan keyakinan sebagai pengikat seluruh daerah dan kelompok adat tersebut.










B.BUDAYA MAYARAKAT TORAJA
            1. Rambu  Solo’ dan Rambu Tuka
Mayarakat Tana Toraja memiliki dua upacara adat besar yaitu Rambu Solo' dan Rambu Tuka. Rambu Solo' merupakan upacara penguburan, sedangkan Rambu Tuka, adalah upacara adat selamatan rumah adat yang baru, atau yang baru saja selesai direnovasi.
a.    Rambu Solo’
Tanah Toraja merupakan nama sebuah kabupaten yang ada di Makassar ( Sulawei Selatan ) ,yang memiliki keunikan tersendiri , suku toraja memiliki tata cara yang unik tentang pemakaman jenasah yang telah berlangsung secara turun temurun dan hingga kini masih di jaga dan di pertahankan. Rambu Solo merupakan nama dari upacara penguburan yang di lakukan oleh orang – orang toraja.
Upacara rambu solo’ dilakukan untuk memakamkan leluhur atau orang tua. Bila ada salah satu warga (orang tua atau leluhur ) yang meninggal orang-orang berbaris pergi kerumah orang tersebut mengikuti dibelakang mereka hewan ternak untuk dipersembahkan pada tuan rumah dan tuan rumah pun menyambut dengan ramah dan diiringi oleh tari-tarian dan beraneka ragam santapan yang telah dipersiapkan diatas daun pisang
Namun dalam Pelaksanaannya upacara ini terbagi menjadi empat tingkatan yang mengacu pada strata sosial masyarakat Toraja, yakni :
1. Dipasang Bongi : Upacara yang hanya dilaksanakan dalam satu malam
2. Dipatallung Bongi : Upacara yang berlangsung selama tiga malam dan dilaksanakan dirumah dan ada pemotongan hewan
3. Dipalimang Bongi : Upacara pemakaman yang berlangsung selama lima malam dan dilaksanakan disekitar rumah serta pemotongan hewan
4. Dipapitung Bongi : Upacara pemakaman yang berlangsung selama tujuh malam setiap harinya ada pemotongan hewan.

Rambu Solo' merupakan acara tradisi yang sangat meriah di Tana Toraja, karena memakan waktu berhari-hari untuk merayakannya. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada siang hari, saat matahari mulai condong ke barat dan biasanya membutuhkan waktu 2-3 hari. Bahkan bisa sampai dua minggu untuk kalangan bangsawan. Kuburannya sendiri dibuat di bagian atas tebing di ketinggian bukit batu. Karena menurut kepercayaan Aluk To Dolo (kepercayaan masyarakat Tana Toraja dulu, sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam) di kalangan orang Tana Toraja, semakin tinggi tempat jenazah tersebut diletakkan, maka semakin cepat pula rohnya sampai ke nirwana.
Orang Toraja yang meninggal tidak langsung di kuburkan kadang di simpan di rumah sampai 6 tahun karena menurut adat mereka orang yang sudah mati baru dapat di kuburkan setelah melalui proses upacara Rambu Solo ( upacara pemakaman ) yang memakan biaya tidak sedikit terkadang sampai ratusan juta rupiah .
Tana TorajaUpacara ini bagi masing-masing golongan masyarakat tentunya berbeda-beda. Bila bangsawan yang meninggal dunia, maka jumlah kerbau yang akan dipotong untuk keperluan acara jauh lebih banyak dibanding untuk mereka yang bukan bangsawan. Untuk keluarga bangsawan, jumlah kerbau bisa berkisar dari 24 sampai dengan 100 ekor kerbau. Sedangkan warga golongan menengah diharuskan menyembelih 8 ekor kerbau ditambah dengan 50 ekor babi, dan lama upacara sekitar 3 hari.

Tapi, sebelum jumlah itu mencukupi, jenazah tidak boleh dikuburkan di tebing atau di tempat tinggi. Makanya, tak jarang jenazah disimpan selama bertahun-tahun di Tongkonan (rumah adat Toraja) sampai akhirnya keluarga almarhum/ almarhumah dapat menyiapkan hewan kurban. Namun bagi penganut agama Nasrani dan Islam kini, jenazah dapat dikuburkan dulu di tanah, lalu digali kembali setelah pihak keluarganya siap untuk melaksanakan upacara ini.

Bagi masyarakat Tana Toraja, orang yang sudah meninggal tidak dengan sendirinya mendapat gelar orang mati. Bagi mereka sebelum terjadinya upacara Rambu Solo' maka orang yang meninggal itu dianggap sebagai orang sakit. Karena statusnya masih 'sakit', maka orang yang sudah meninggal tadi harus dirawat dan diperlakukan layaknya orang yang masih hidup, seperti menemaninya, menyediakan makanan, minuman dan rokok atau sirih. Hal-hal yang biasanya dilakukan oleh arwah, harus terus dijalankan seperti biasanya.

Jenazah dipindahkan dari rumah duka menuju tongkonan pertama (tongkonan tammuon), yaitu tongkonan dimana ia berasal. Di sana dilakukan penyembelihan 1 ekor kerbau sebagai kurban atau dalam bahasa Torajanya Ma'tinggoro Tedong, yaitu cara penyembelihan khas orang Toraja, menebas kerbau dengan parang dengan satu kali tebasan saja. Kerbau yang akan disembelih ditambatkan pada sebuah batu yang diberi nama Simbuang Batu. Setelah itu, kerbau tadi dipotong-potong dan dagingnya dibagi-bagikan kepada mereka yang hadir.

Jenazah berada di tongkonan pertama (tongkonan tammuon) hanya sehari, lalu keesokan harinya jenazah akan dipindahkan lagi ke tongkonan yang berada agak ke atas lagi, yaitu tongkonan barebatu, dan di sini pun prosesinya sama dengan di tongkonan yang pertama, yaitu penyembelihan kerbau dan dagingnya akan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang berada di sekitar tongkonan tersebut.
Seluruh prosesi acara Rambu Solo' selalu dilakukan pada siang hari. Siang itu sekitar pukul 11.30 Waktu Indonesia Tengah (Wita), kami semua tiba di tongkonan barebatu, karena hari ini adalah hari pemindahan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante (lapangan tempat acara berlangsung).

Jenazah diusung menggunakan duba-duba (keranda khas Toraja). Di depan duba-duba terdapat lamba-lamba (kain merah yang panjang, biasanya terletak di depan keranda jenazah, dan dalam prosesi pengarakan, kain tersebut ditarik oleh para wanita dalam
Tana Torajakeluarga itu).

Prosesi pengarakan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante dilakukan setelah kebaktian dan makan siang. Barulah keluarga dekat arwah ikut mengusung keranda tersebut. Para laki-laki yang mengangkat keranda tersebut, sedangkan wanita yang menarik lamba-lamba.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA1HvVmsruIzqZUYAwaNuJmh8zL-wuz7e_TYqq_DTicvEL-QEN_V1Lq2dKKgOn1zyR6Km2auTsDDgQKowDVFlx6T1E8fy7sPAtGgmamM5z2koOFTDa2u9YuAPvKZ2dePw3gqUPB2Juulyc/s320/toraja-5.jpgDalam pengarakan terdapat urut-urutan yang harus dilaksanakan, pada urutan pertama kita akan lihat orang yang membawa gong yang sangat besar, lalu diikuti dengan tompi saratu (atau yang biasa kita kenal dengan umbul-umbul), lalu tepat di belakang tompi saratu ada barisan tedong (kerbau) diikuti dengan lamba-lamba dan yang terakhir barulah duba-duba.
Jenazah tersebut akan disemayamkan di rante (lapangan khusus tempat prosesi berlangsung), di sana sudah berdiri lantang (rumah sementara yang terbuat dari bambu dan kayu) yang sudah diberi nomor. Lantang itu sendiri berfungsi sebagai tempat tinggal para sanak keluarga yang datang nanti. Karena selama acara berlangsung mereka semua tidak kembali ke rumah masing-masing tetapi menginap di lantang yang telah disediakan oleh keluarga yang sedang berduka.
Iring-iringan jenazah akhirnya sampai di rante yang nantinya akan diletakkan di lakkien (menara tempat disemayamkannya jenazah selama prosesi berlangsung). Menara itu merupakan bangunan yang paling tinggi di antara lantang-lantang yang ada di rante. Lakkien sendiri terbuat dari pohon bambu dengan bentuk rumah adat Toraja. Jenazah dibaringkan di atas lakkien sebelum nantinya akan dikubur. Di rante sudah siap dua ekor kerbau yang akan ditebas.

Setelah jenazah sampai di lakkien, acara selanjutnya adalah penerimaan tamu, yaitu sanak saudara yang datang dari penjuru tanah air. Pada sore hari setelah prosesi penerimaan tamu selesai, dilanjutkan dengan hiburan bagi para keluarga dan para tamu undangan yang datang, dengan mempertontonkan ma'pasilaga tedong (adu kerbau). Bukan main ramainya para penonton, karena selama upacara Rambu Solo', adu hewan pemamah biak ini merupakan acara yang ditunggu-tunggu.
Selama beberapa hari ke depan penerimaan tamu dan adu kerbau merupakan agenda acara berikutnya, penerimaan tamu terus dilaksanakan sampai semua tamu-tamunya berada di tempat yang telah disediakan yaitu lantang yang berada di rante. Sore harinya selalu diadakan adu kerbau, hal ini merupakan hiburan yang digemari oleh orang-orang Tana Toraja hingga sampai pada hari penguburan. Baik itu yang dikuburkan di tebing maupun yang di patane' (kuburan dari kayu berbentuk rumah adat).
Secara ringkas ritual rambu solo’ dapat di lihat di bawah ini
  1. Jenazah dipindahkan dari rumah duka menuju tongkonan pertama (tongkonan tammuon), yaitu tongkonan dimana ia berasal.
  2. Di sana dilakukan penyembelihan 1 ekor kerbau sebagai kurban atau dalam bahasa Torajanya Ma’tinggoro Tedong, yaitu cara penyembelihan khas orang Toraja, menebas kerbau dengan parang dengan satu kali tebasan saja. Kerbau yang akan disembelih ditambatkan pada sebuah batu yang diberi nama Simbuang Batu.
  3. 3. Setelah itu, kerbau tadi dipotong-potong dan dagingnya dibagi-bagikan kepada mereka yang hadir. (sebagai wujud sumbangsih dan bakti kepada masyarakat sekitar/solidaritas sosial).
  4. Jenazah berada di tongkonan pertama (tongkonan tammuon) hanya sehari, lalu keesokan harinya jenazah akan dipindahkan lagi ke tongkonan yang berada agak ke atas lagi, yaitu tongkonan barebatu, dan di sini pun prosesinya sama dengan di tongkonan yang pertama, yaitu penyembelihan kerbau dan dagingnya akan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang berada di sekitar tongkonan tersebut.
  5. Seluruh prosesi acara Rambu Solo’ selalu dilakukan pada siang hari. Jenazah diusung menggunakan duba-duba (keranda khas Toraja). Di depan duba-duba terdapat lamba-lamba (kain merah yang panjang, biasanya terletak di depan keranda jenazah, dan dalam prosesi pengarakan, kain tersebut ditarik oleh para wanita dalam keluarga itu).
  6. Prosesi pengarakan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante (lapangan tempat acara berlangsung) dilakukan setelah kebaktian dan makan siang. Barulah keluarga dekat arwah ikut mengusung keranda tersebut. Para laki-laki yang mengangkat keranda tersebut, sedangkan wanita yang menarik lamba-lamba. Dalam pengarakan terdapat urut-urutan yang harus dilaksanakan, pada urutan pertama kita akan lihat orang yang membawa gong yang sangat besar, lalu diikuti dengan tompi saratu (atau yang biasa kita kenal dengan umbul-umbul), lalu tepat di belakang tompi saratu ada barisan tedong (kerbau) diikuti dengan lamba-lamba dan yang terakhir barulah duba-duba.
  7. Jenazah tersebut akan disemayamkan di rante (lapangan khusus tempat prosesi berlangsung), di sana sudah berdiri lantang (rumah sementara yang terbuat dari bambu dan kayu) yang sudah diberi nomor. Lantang itu sendiri berfungsi sebagai tempat tinggal para sanak keluarga yang datang nanti. Karena selama acara berlangsung mereka semua tidak kembali ke rumah masing-masing tetapi menginap di lantang yang telah disediakan oleh keluarga yang sedang berduka.
  8. Iring-iringan jenazah akhirnya sampai di rante yang nantinya akan diletakkan di lakkien (menara tempat disemayamkannya jenazah selama prosesi berlangsung). Menara itu merupakan bangunan yang paling tinggi di antara lantang-lantang yang ada di rante. Lakkien sendiri terbuat dari pohon bambu dengan bentuk rumah adat Toraja. Jenazah dibaringkan di atas lakkien sebelum nantinya akan dikubur. Di rante sudah siap dua ekor kerbau yang akan ditebas.
  9. Setelah jenazah sampai di lakkien, acara selanjutnya adalah penerimaan tamu, yaitu sanak saudara yang datang dari penjuru tanah air.
10.  Pada sore hari setelah prosesi penerimaan tamu selesai, dilanjutkan dengan hiburan bagi para keluarga dan para tamu undangan yang datang, dengan mempertontonkan ma’pasilaga tedong (adu kerbau). Bukan main ramainya para penonton, karena selama upacara Rambu Solo’, adu hewan pemamah biak ini merupakan acara yang ditunggu-tunggu.
Pemakaman kematian bagi masyarakat Toraja menjadi salah satu hal yang paling bermakna, sehingga tidak hanya upacara prosesi pemakaman yang dipersiapkan ataupun peti mati yang dipahat menyerupai hewan ( Erong ), namun mereka juga mempersiapkan tempat “peristirahatan terakhir” dengan sedemikian apiknya, yang tentunya tidak lepas dari strata yang berlaku dalam masyarakat Toraja maupun ekonomi individu
Pada umunya tempat menyimpan jenazah adalah gua atau tebing gunung atau dibuatkan sebuah rumah ( Pa’tane ). Budaya ini telah diwarisi secara turun temurun oleh leluhur mereka, adat masyarakat Toraja menyimpan jenazah pada liang gua atau tebing merupakan kekayaan budaya yang begitu menarik untuk disimak lebih dalam lagi, Dapat dijumpai puluhan Erong yang berderet dalam bebatuan yang telah dilubangi, tengkorak berserak disisi batu menandakan petinya telah rusak akibat di makan usia
http://u.kaskus.us/21/myczvkoj.jpg


b. Rambu Tuka
Tarian Manganda' pada upacara Ma'Bua'Upacara ini yaitu acara untuk memasuki rumah adat yang baru atau Tongkonan yang selesai direnovasi dan waktunya sekali dalam 50 atau 60 tahun. Biasanya diiringi tarian Pa’Gellu dan seni musik Pa’pompang.Untuk upacara adat Rambu Tuka’ diikuti oleh seni tari : Pa’ Gellu, Pa’ Boneballa, Gellu Tungga’, Ondo Samalele, Pa’Dao Bulan, Pa’Burake, Memanna, Maluya, Pa’Tirra’, Panimbong dan lain-lain. Untuk seni musik yaitu Pa’pompang, pa’Barrung, Pa’pelle’. Musik dan seni tari yang ditampilkan pada upacara Rambu Solo’ tidak boleh (tabu) ditampilkan pada upacara Rambu Tuka’.
2. Cerita Rakyat
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_qB2TJzjadq5mdG2M_NEw-9fJTbM9GBpyzUNsZZpRL46mLBi3YGuafnPEiCALO7CmbOdCoUIEQ2gw7ntkv_bIVAYQ5nIE6FKG06ymwPGat2eYm-Tju4DhjLoVKOWaaao-0sQoLC440Gw/s320/toraja1.jpg
Salah satu cerita rakyat masyarakat Tanah Toraja adalah cerita rakyat Toraja Datu’ Manili ( Landorundun). Menurut penuturan lisan orang Toraja khususnya bagi para bangsawan khususnya di Kecamatan Sa’dan Balusu’ dan Sesean bahwa Londorundun yang bergelar “Datu Manili”, adalah seorang putri yang cantik jelita yang memiliki rambut panjang dengan ukuran 17 depah 300 jengkal atau dalam Bahasa Toraja “Sang pitu da’panna, Talluratu’ Dangkananna”. Gadis jelita ini dipersunting oleh seorang raja dari Kabupaten Bone yang bernama “Datu Bendurana”.
Bukti sejarahnya adalah sebuah buku besar yang modelnya persis dengan sebuah kapal dikawal oleh dua batu kecil yang modelnya seperti perahu berada di Sungai Sa’dan di desa Malango’ (Rantepao) sebelah kanan jembatan Malango’ yang menurut cerita leluhur secara turun-temurun adalah kapal milik Datu Bendurana yang datang mencari dan menyelidiki Datu Manili (Londorundun). Mereka dipertemukan dalam jodoh dan oleh sebab itu orang Bone tidak boleh berselisih dengan orang Toraja, karena mereka mempunyai “Basse” atau “Perjanjian”. Salah satu saudara kandung Londorundun adalah “Puang Bualolo” kawin ke wilayah Sa’dan, dan menjadi leluhur pemilik Museum Londorundun yang terletak di Desa Tallunglipu, kompleks Bolu-Rantepao.
3.Tari-tarian Tana Toraja
a. Ma'badong
Ma’badong merupakan salah satu tarian upacara asal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian Ma'badong ini diadakan pada upacara kematian yang dilakukan secara berkelompok. Para penari (pa'badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan dan umumnya mereka berpakaian hitam-hitam.

Penari melingkar dan saling mengaitkan jari-jari kelingking. Penari terdiri dari pria dan wanita setengah baya atau tua. Pa'badong melantunkan syair (Kadong Badong) riwayat hidup, sejak lahir sampai wafat dari orang yang meninggal dunia. Tarian Ma'badong ini kadang menelan waktu berjam-jam, malah berlangsung sampai tiga hari tiga malam sambung-menyambung di pelataran tempat upacara berduka.

http://u.kaskus.us/21/xvbjpzoq.jpg
1.Pengertian Badong
Badong adalah sebuah tarian dan nyanyian kedukaan berisi syair dukacita yang diadakan di upacara (pesta) kematian di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian Badong dilakukan secara berkelompok oleh pria dan wanita setengah baya atau tua dengan cara membentuk lingkaran besar dan bergerak.
Ma’ berarti ‘melakukan’ dan pa’ berarti pelaku, sehingga ma’badong berarti melakukan tarian dan nyanyian badong, dan pa’badong berarti penari badong.
2.Deskripsi Badong
Badong dilakukan di setiap upacara kematian di Tana Toraja, dan dilakukan di tanah lapang atau pelataran yang cukup luas, yaitu di tengah-tengah lantang (rumah adat yang hanya dibuat untuk sekali pakai pada saat acara pesta kematian.
Pa’badong memakai baju seragam, biasanya hitam-hitam dan memakai sarung hitam atau memakai pakaian adat toraja. Jumlah penari dapat mencapai puluhan hingga ratusan orang, sehingga pria memakai seragam yang berbeda dengan para penari wanita. Terkadang para pria dan wanita juga mengenakan pakaian adat Toraja. Tetapi, karena badong juga terbuka untuk orang yang ingin ikut menari, jadi tamu upacara kematian yang ingin ikut ma’badong diperbolehkan berpakaian bebas.
Pada saat ma’badong, semua anggota tubuh pada pa’badong juga bergerak, seperti menggerakkan kepala ke depan dan ke belakang, bahu maju-mundur dan ke kiri-ke kanan, kedua lengan diayunkan serentak ke depan dan belakang, tangan saling bergandengan lalu hanya dengan jari kelingking, kaki disepakkan ke depan dan belakang secara bergantian.
Lingkaran besar yang diciptakan pada saat ma’badong dalam beberapa saat dipersempit dengan cara para pa’badong maju, lalu mundur kembali dan pemperluas lingkaran dan saling berputar dan berganti posisi, tetapi tidak bertukar pa’badong lain yang di sisi kanan atau kirinya.
Suara yang mengiringi tarian badong adalah nyanyian para pa’badong, tanpa iringan suara musik. Nyanyian yang dinyanyikan adalah lagu dalam bahasa Toraja, yang berupa syair (Kadong Badong) cerita riwayat hidup dan perjalanan kehidupan orang yang meninggal dunia, mulai dari lahir hingga meninggal. Selain syair tentang riwayat hidup, badong pada saat upacara kematian juga berisi doa, agar arwah orang yang meninggal bisa diterima di alam baka.
Pada umumnya, ma’badong berlangsung selama tiga hari tiga malam, karena pada umumya upacara kematian di Toraja berlangsung selama itu, tetapi tidak dilakukan sepanjang hari. Pada upacara kematian yang berlangsung selama lima hari dan tujuh hari, ma’badong dilangsungkan dengan waktu yang berbeda pula, sesuai dengan keinginan pa’badong dan persetujuan keluarga.
Pelaksaan upacara kematian di Tana Toraja hanya dilakukan oleh keturunan raja dan bangsawan, serta keluarga dengan status sosial yang tinggi, yaitu mereka yang memiliki banyak harta kekayaan. Hal inilah yang menyebabkan badong hanya dilakukan oleh golongan masyarakat yang kaya, walaupun dalam kenyataannya mereka sebagai penyelenggara, penari badong sendiri adalah keluarga dan masyarakat umum yang dengan sukarela ingin mendoakan orang yang meninggal pada saat itu.
Penari badong biasanya adalah masyarakat asli Tana Toraja yang sudah lama bermukim di Toraja dan sudah mengenal kuat kebudayaan Tana Toraja, hingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam menyanyikan syair ini. Selain itu, karena upacara kematian masih sering diadakan, masyarakat Tana Toraja tidak canggung dan dapat ma’badong dengan baik dan lancar.
Selain ma’badong, biasanya di upacara kematian Tana Toraja juga ada tari ma’gellu (tarian tradisional Tana Toraja), pengenalan keluarga yang berduka cita, pengenalan kerbau bonga (belang) dan kerbau biasa yang disembelih, mapasilaga tedong (beradu kerbau, yang nantinya akan disembelih sebagai pengantar arwah orang yang meninggal menuju surga), pengarakan peti menuju tempat yang disediakan, penaburan uang logam untuk diperebutkan oleh tamu upacara, dan pembakaran kerbau dan babi sembelihan yang nantinya akan dibagi kepada keluarga, tamu, dan masyarakat umum, dan ritual-ritual lainnya.
3.Tata Cara Pelaksanaan Badong
Sebelum upacara diadakan, yaitu pada saat persiapan upacara, para anggota keluarga yang berduka cita memilih siapa saja yang akan menjadi pa’badong untuk upacara kematian, yaitu keluarga, sanak saudara, rekan, tetangga, dan orang lain.
Hingga pada saat upacara kematian berlangsung, orang-orang yang telah ditentukan sebelumnya menuju tempat yang telah ditentukan, pada saat yang sudah ditentukan pula.
Para pa’badong berdiri dan saling menunggu teman yang lain berada di posisi masing-masing, lalu pemimpin badong (pemberi aba-aba yang dipilih dari pa’badong-pa’badong) memberikan aba-aba untuk memulai tarian mereka.
Pada awal ma’badong, para pa’badong menyanyikan empat badong secara berturut-turut sesuai dengan fungsinya, yaitu badong nasihat, badong ratapan, badong berarak, dan badong selamat (berkat). Setelah itu, dilanjutkan oleh para pa’badong yang sudah menyiapkan doa dan nyanyian riwayat hidup yang sudah dipersiapkan. Jika tiba waktu yang telah ditentukan, namun syair badong, doa, dan nyanyian riwayat hidup belum selesai, para pa’badong akan berhenti secara bersamaan dan mereka kembali ke lantang (rumah papan dan kayu yang digunakan hanya untuk upacara) untuk beristirahat, hingga pada waktu yang mereka rencanakan bersama, mereka akan ma’badong lagi.
Cara ini berlangsung hingga tarian dan nyanyian pa’badong selesai dan upacara kematian juga selesai.
4.Formula Badong
Banyak hal yang telah menjadi keharusan sebagai tata baku dalam upacara badong. Di antaranya adalah sebagai berikut :
Untuk membentuk lingkaran sebagai nyanyian doa, penari badong paling sedikit harus berjumlah lima orang.
Syair lagu badong adalah syair yang sudah terstruktur sesuai dengan keempat fungsi ditambahkan dengan riwayat hidup orang yang meninggal dunia.
Badong dilaksanakan di upacara pemakaman di lapangan terbuka yang dikelilingi lantang (rumah adat).
Badong dilaksanakan oleh pria dan wanita dewasa.
Badong hanya dilakukan di upacara kematian dan bersifat sakral, bukan untuk permainan sehingga tidak akan dilakukan di upacara yang lain.
Rangkaian gerakan badong berupa gerakan kepala, pundak, tangan, dan kaki, serta perputarannya tidak mengalami perubahan dan variasi, tetapi berupa tata cara yang masih sama dengan yang diwariskan turun-temurun.
5.Fungsi Badong
Fungsi Badong adalah dibagi dalam empat bagian, yaitu badong pa’ pakilala (badong nasihat), badong umbating (badong ratapan), badong ma’ palao (badong berarak), dan badong pasakke (badong selamat atau berkat).
1. Badong Pa’pakilala
E..! Umbamira sangtondokta ?
To mai sangbanuanta ?
Sangti’ doan tarampakta ?
Ke de’ ko anta umbanting !
Rapana ta’ rio-rio,
Tatannun rosso maa.
Tang marandenkoka iko ?
Tae’ko dallo riomu ?
Lako te datu masallo’ ?
Ambe’ perangikan mati’,
Ambe’ tanding talingakan,
Angki lolloan batingki.
Ke umpokadaki’ bating,
Untannun mario-rio ;
Da’ tabarrugai bating,
Da’ talalan peninggoi.
Umbating tengki’ siada’,
Rintin sipakilalaki’ ;
Tae’ki’ lindona senga’,
Rampo ma’kekeran bassi.
Da’ anta lambi bating ru’seng,’
Tu rintin pa’ealian ;
Anta masakke mairi’,
Madariding sola nasang.
2. Badong umbating
Tonna masaki ulunna,
Tiku ramman beluakna ;
Nenne’ samandu-mandunna,
Kerangan umbongi-bongi.
Samari tampak sarrona,
Te upu’ pekaindo’na ;
Ka’tu angin dipudukna,
Ronta’ tondon to batanga.
Sokan sokannamo ia,
Te dao nene’ mendeatanta ;
Sola to dolo kapuanganta,
Unnamboran tinaranna.
Namboran salarika,
Nasio’ tang tongan dika ;
Dengka tau tang nabasa,
Tang nalulun baratai ?
La ditulakraka langi’,
La dimnangairika ? ;
Sokan2 ia Nene’,
Tang ma’ga’ta’ to dolota.
Ke napapatui lenki’,
Ke nasanda simisa’ki’ ;
Sanda’2 dilempangan,
Pangkun dipentilendungan.
Tallang turanannaki’ Puang,
Awo’ bela’-belaranna ;
Aur tebas-tebasannya ;
Ke disaile sulei,
La dibandika menasan.
Inde dao to tungara,
Rintin to mennulu sau’ ;
Umpolo bintanna Sali,
Sirundu’ karasan tanga.
Malemi situru’ gaun,
Sikaloli’ rambu ruaja ;
Naempa-empa salebu’,
Sau’ tondok Pong Lalondong.
Unnola tossoan Adang,
Panta’daran Tau bunga’ ;
Dadi deatami lolo’,
Kombongmi to palullungan.
La umbengki’ tua’ sanda,
Paraja sanda’ mairi’ ;
Anta masakke mairi’,
Madarinding sola nasang.
3.Badong ma’palao
Tiromi tu tau tongan,
Tu to natampa puangna ;
Tae’ sanglindo susinna,
Sanginto’ rupa-rupanna.
Pada ditampa bintun tasak ;
Pada dikombang bunga’ lalan ;
Sumbang bulan naesungi,
Kurapak allo natadongkonni.
Mallulun padang naola,
Umpamampu’ padang2 ;
Buda kinallo lalanna,
Dikki’ barra’ karunna.
Malemi naturu’ gaun
Naempa-empa salebu’ ;
Sau’ tondok Pong Lalondong.
Ilo’ bambana makkun.
La sangtondok to dolona,
Sangisungan to menggaraganna ;
Ia nasang mintu’ tau,
Mairi’ sangtolinoan.
4.    Badong passakke
Sampa’ batingkira tondo,
Pango’tonan marioki ;
Napokinallo ilalan,
Sau’ rumombena langi’.
Sau’ tondok Pong Lalondong,
Ilo’ tondok to Mario ;
Ganna’ sampin pebalunna,
Sukku’ todeng tunuanna.
Nariamo tangkean suru’,
Nasaladan kada rapa’ ;
Anta masakke mairi’,
Madarinding sola nasang.
5.Badong nasihat
Hai..! Di manakah orang sekampung kita ?
Yaitu tetangga kita ?
Rumpun keluarga kita ?
Ayo! Berdirilah lalu kita menuangkan kesedihan kita
Saya terdiam dengan sangat sedih
Mari kita menguraikan kesedihan hati.
Tidakkah engaku berduka ?
Tidakkah kesedihan di hatimu?
Kepada raja yang budiman ini ?
Bapa dengarkanlah kami.
Ya bapa miringkanlah telinga.
supaya kami bisa menyampaikan syair kesedihan kami
Kalau kita hendak mengatakan kesedihan,
janganlah kita perolokkan kesedihan,
jangan kita buat seperti permainan.
Kalau kita bersedih saling memperingati :
Kita bukanlah orang lain,
Tiba untuk memakan besi (berduka)
Jangan kita sebut bersedih itu salah,
Mengungkapkan ragam pertentangan
Supaya kita selamat sekalian
Bersentosa semuany
a.
6. Badong ratapan
Pada waktu kepalanya sakit,
Semua rambutnya merasakannya ;
Makin keras sekerasnya,
Bertambah dari malam ke malam.
Hanya sedih keluh penghabisannya,
Sehabis ratapan memanggil ibunya ;
Putuslah angin pada mulutnya (artinya mati);
Habislah jiwa pada badannya (artinya mati)
Sayang sioh sayang dia,
Yang di atas nenek leluhur kita ;
Bersama pertuanan kita,
Mengamburkan sumpitannya.
Dihamburkan salakah,
Diukur tidakkah benar;
Adakah orang yang yang tak dikena,
Yang tidak disapu ratakan ?
Akan ditantangkah langit ke atas,
Akan ditaruhkan kayu pilar?
Sayang sioh sayang ia Nenek,
Leluhur kita tidak adil.
Kalau ditunjukkan kepada kita,
Kalau dikenakan pada kita masing-masing;
Tak akan dapat dielakkan,
Tak dapat dilindungi.
Seakan kita ini pohon bambu tebangan Tuhan,
Kalau kita menoloh kembali,
Kita tidak akan membawa penyesalan.
Ini di atas orang melentang,
Yang berbaring arah ke selatan ;
Melintasi ikatan papan lantai,
Mengikuti balak tengah rumah.
Sudah pergi bersama dengan embun,
Bersama dengan asap bara api ;
Diikut-ikuti oleh awan,
Ke selatan negeri tuhannya jiwa di negeri jiwa
Mengikuti jejak Adam,
Mengikuti manusia pertama ;
Sudah menjadi berhala di sana,
Sudah menjadi pelindung.
Akan memberikan kita berkat yang cukup.
Keselamatan masing2 sekalian ;
Supaya kita selamat sekalian,
Semuanya bersentosa.
7. Badong berarak
Lihat orang yang sebenarnya,
Orang yang ditempa oleh ilahnya ;
Sepertinya tidak sebanding,
Yang setara dengan keadaannya.
Bersamaan ditempa dengan bintang gemerlap.
Bersamaan dibentuk dengan bunga’ lalan (nama bintang)
Bulan purnama yang didudukinya,
Sinar matahari yang ditempatinya.
Padang berlumpur dilewati olehnya,
Menganguskan rerumputan ;
Banyak perbekalan di jalannya,
Berasnya melimpah pada waktu sore.
Telah berangkat diikuti embun,
Diikuti awan-awan ;
Ke selatan negeri Pong Lalondong.
Di sana kotanya yang tetap.
Akan senegeri dengan nenek moyangnya,
Sekedudukan dengan yang menenpanya ;
Semua yang berwujud manusia,
Dengan manusia di bumi.
8.Badong selamat (berkat)
Begitulah uraian kesedihan kamu,
Penjelasan kesedihan kami,
Menjadi bekal perjalannya,
Keselatan ujung2nya langit.
Ke selatan negeri tuhannya jiwa.
Di sana negeri orang yang bersedih ;
Cukup dengan kain pembungkusnya,
Genap kerbau bantaiannya.
Sudahlah ditatang dengan tangkean suru,
Telah dipelihara dengan kata sepakat.
Supaya kita semua selamat,
Kita sekalian bersentosa

http://u.kaskus.us/21/xvbjpzoq.jpgFoto ma’badong

Ma'badong para pria dewasa ma’badong dengan seragam baju putih dan sarung hitam, sedangkan di samping mereka ada barisan keluarga dan tamu duka melewati lantang (rumah adat untuk upacara).


Tarian_Mabadong
Pa’badong sedang melakukan upacara ma’badong, dan ada seorang pemimpin yang mengenakan pakaian berbeda.
Ma'gellu'm Panga'la'
Penari dan pemusik ba’gellu mengiringi upacara-upacara adat di Tana Toraja, salah satunya di upacara kematian.
Ma' pa silaga tedong
Setiap upacara kematian, ma’silaga tedong juga dilakukan sebelum atau sesudah ma’badong
4.Kuburan Bayi
Seseorang bayi yang belum tumbuh gigi apabila meninggal dunia akan dikuburkan ke dalam sebatang pohon kayu yang hidup dari jenis pohon kayu Tarra. Kayu yang digunakan dilokasi ini telah berumur sekitar ± 300 tahun yang lalu. Proses pelaksanaan pekuburan sejenis ini mengenal tahap-tahap sebagai berikut: Bayi yang meninggal dibalut dengan kain putih yang pernah dipakai dalam posisi dalam keadaan dipangku.Kemudian keluarga memberi tanda pada pohon kayu yang hendak digunakan sebagai kuburan (matanda kayu).Membuat lubang dengan ketentuan tidak boleh berhadapan dengan rumah kediamannya.Mempersiapkan penutup kubur dari bahan pelepah enau. Membuat tana (pasak) karurung dari ijuk sesuai tingkatan strata sosialnya.12 tana karurung bagi tingkatan bangsawan. 8 tana karurung bagi tingkatan menengah. 6 tana karurung bagi tingkatan bawah. Makadende yaitu membuat tali ijuk sebelum jenasah dibawa ke kuburan, seekor babi jantan hitam dipotong atau disembelih di halaman rumah duka, kemudian dibawa ke kuburan dengan diusung. Setibanya di kuburan babi/daging tersebut dimasak dalam bambu/dipiong, tanpa diberi garam atau bumbu lainnya setelah semua itu siap mayat dibawah ke kuburan dengan syarat sebagai berikut: Dibawa dalam posisi dipangku. Pengantar mayat baik laki-laki maupun perempuan harus berselubung kain.
Dilarang berbicara, menoleh ke kiri atau ke kanan maupun ke belakang. Setibanya jenasah di pekuburan penjemput jenasah turun dari tangga lalu mengambil, mengangkat, dan memasukkan jenasah ke dalam lubang kayu dalam posisi berlutut menghadap keluar. Kemudian kubur itu ditutup dengan kulimbang di tanah dipasak sesuai dengan statusnya dan sesudah ini dilapisi dengan ijuk dan diikat dengan kadende (tali ijuk).Sepanjang kegiatan tersebut di atas, seluruh orang yang hadir dilarang berbicara, nanti setelah mataletek pa piong (membelah bambu berisi daging yang sudah masak) berarti orang sudah boleh berbicara dan orang yang berada diatas tangga sudah boleh turun.
C. Tujuh Unsur Budaya Masyarakat Tana Toraja
1. Sistem Religi Atau Kepercayaan
Suku Toraja ada yang menganut agama Islam, Kristen dan sebagian lagi masih menganut kepercayaan animisme yang disebut “aluk Todolo” yang artinya suatu kepercayaan / agama leluhur. Aluk Todolo dalam ajarannya mengatakan bahwa agama ini diturunkan oleh “Puang matua” (Sang Pencipta) kepada yang pertama yang dinamakan “Sukaran Aluk” jadi sukaran aluk artinya aturan dan susunan agama atau keyakinan yang didalamnya harus menyembah, memuja dan memuliakan Puang Matua yang dilakukan dalam bentuk sajian persembahan.
2. Sistem Pengetahuan
Masyarakat Toraja mempunyai sistem pengetahuan waktu yang berhubungan dengan hari yang baik atau bulan yang baik. Dalam kehidupan masyarakat Toraja dikenal 3 waktu :
  1. Pertanam ( Setahun Padi )
  2. Sang Bulan ( 30 hari )
  3. Sang Pasa ( Sepekan )
3. Sistem Kekerabatan
Masyarakat Toraja terbagi atas keluarga inti, penanggung jawab keluarga adalah ayah dan diganti anak laki-laki bila meninggal sedangkan ibu hanya mendidik anak dan menjaga nama baik keluarga. Masyarakat Toraja mengikuti garis keturunan Bilateral
4. Sistem Ekonomi / Mata Pencaharian
Masyarakat Toraja banyak yang memiliki sawah sehingga sebagian besar penduduk Toraja bermata pencaharian sebagai petani. Dalam rumah tangga bagi orang suku toraja suami dan isteri sama-sama mencari nafkah, seperti dalam pertanian kalau suami mencangkul disawah adalah kewajiban isteri menanaminya.

5. Bahasa
Masyarakat Toraja banyak yang menggunakan bahasa Sa’dan yaitu bahasa asli orang Toraja, seperti orang Jawa mempunyai bahasa daerah yaitu bahasa jawa.
6. Peralatan Hidup / Teknologi
Pada masyarakat Toraja terdapat bermacam-macam teknologi yang digunakan seperti :
Alat Dapur
·          La’ka sebagai alat belanga
·         Pesangle yaitu sendok nasi dari kayu
·          Karakayu yaitu alat pembagi nasi
·          Dulang yaitu cangkir dari tempurung
·          Sona yaitu piring anyaman
Alat Perang / Senjata Kuno
·         Doke atau tombak untuk alat perang dan berburu
·         Penai yaitu parang
·          Bolulong yaitu perisai
·          Sumpi atau sumpit
Alat Perhiasan
·         Beke – ikat kepala
·          Manikkota – kalung
·          Komba – gelang tangan
·          Sissin Lebu – cincin besar
Alat Upacara Keagamaan
·          Pote – tanda berkabung untuk pria dan wanita
·          Tanduk Rongga – Perhiasan dikepala
·          Pokti – tempat sesajen
·          Sepui – tempat sirih


Alat Musik Tradisional
·          Geso – biola
·          Tomoron – terompet
·          Suling Toraja
7. Kesenian
Tana Toraja memiliki kesenian yang telah mendarah daging turun temurun pada masyarakatnya. Berbagai macam obyek yang menarik baik secara langsung diciptakan-Nya maupun secara sengaja dibuat oleh orang-orang yang memilki cita rasa dibidang seni yang tinggi tentang budayanya sendiri
Tana Toraja mempunyai tari-tarian yang disesuaikan dengan upacara-upacara. Tarian yang diperlihatkan pada upacara kematian tentu berbeda pada upacara syukur atau gembira. Maksud tarian ini dihubungkan dengan (Dewatanya) yang berarti berdoa. Selama menari orang biasanya menyanyi. Maksud nyanyian tersebut ialah mengatakan pesta apa yang diadakan, lagunya hampir sama saja dan memberi pengertian pesta yang dibuat. Tari-tarian dan seni musik yang ada di Toraja yaitu :
  • Tari Pa’gellu
Merupakan salah satu tarian tradisional dari Tana Toraja yang dipentaskan pada acara pesta “Rambu Tuka”. Tarian ini juga dapat ditampilkan untuk menyambut patriot atau pahlawan yang kembali dari medan perang dengan membawa kegembiraan.
  • Tarian Ma’badong
Tari ini hanya diadakan pada upacara kematian ini bergerak dengan gerakan langkah yang silih berganti sambil melantunkan lagu ( Kadong Badong ) yang syairnya berisikan riwayat manusia mulai dari lahir hingga mati, agar arwah yang telah meninggal dapat diterima di negeri arwah ( Puya ) atau alam dialam baka.

  • Musik Passuling
Passuling diperagakan dengan menggunakan suling lembang yaitu suling tradisional Toraja dan dimainkan oleh laki-laki untuk mengiringi lantunan lagu duka dalam menyambut keluarga atau kerabat yang menyatakan duka citanya.
  • Musik Pa’pompang
Musik bambu yang pagelarannya merupakan satu simponi orkestra, dimainkan oleh banyak orang. Musik bambu ini biasanya dimainkan pada perayaan bersejarah.
  • Musik Pa’karobi
Alat kecil dengan benang halus diletakkan pada bibir. Benang atau bibir disentak-sentak sehingga menimbulkan bunyi yang berirama halus namun mengasyikkan.
  • Musik Pa’geso-geso
Sejenis alat musik gesek yang terbuat dari kayu dan tempurung kelapa yang diberi dawai. Dawai yang digesek dengan alat khusus yang terbuat dari bilah bambu dan tali akan menimbulkan suara yang khas.
Diwilayah Toraja terdapat upacara adat yang terkenal dan tidak ada duanya didunia, yakni upacara Rambu Solo dan Rambu Tuka, upacara-upacara adat tersebutlah yang diikuti oleh seni tari dan seni musik khas Toraja yang bermacam-macam ragamnya.

D.   Hubungan antara Rambu Solo’ dengan Tujuh Unsur Budaya
Dalam pembahasan ini saya hanya menghubungkan 4 unsur budaya yang berkaitan dengan uppacara Rambu Solo’
1.    Sistem Religi
Dalam pandangan ajaran agama khususnya agama islam upacara Rambu Solo’ merupakan upacara yang berlaku boros. Karena pada pelaksanaan upacara ini banyak memakan biaya dan waktu. Islam tidak mengajarkan tentang perbuatan boros bahkan islam mengumpamakan orang yang berlaku boros itu seperti teman syetan. Di bawah ini terdapat beberapa ayat mengenai perbuatan boros,
Q.S. Al A’Raf : 31
“…..makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Q.S. Al Isra’ : 27
“ sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudra-saudara syetan dansyetan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
Bagaimana Gereja Toraja memberikan respons terhadap pandangan dan ritus-ritus kematian yang dihayati oleh orang Toraja? Dalam Pengakuan Gereja Toraja di bagian penebusan, pada poin 7 disebutkan:
“Keselamatan dan kesejahteraan kita kini dan nanti tidak tergantung pada persembahan-persembahan, seperti: korban binatang, amal, kebajikan serta kesalehan kita. Orang berdosa dibenarkan di hadapan Allah hanya oleh korban Yesus Kristus.” Dari pengakuan iman ini tampak upaya gereja untuk menegaskan ajaran Alkitab di tengah-tengah keyakinan tradisional yang mungkin sudah mendarah daging dalam kehidupan orang Toraja.
Menyikapi ritus-ritus sebagai bagian dari adat istiadat, Pengakuan Gereja Toraja menyatakan: ”… adat tidak dapat dipisahkan dari keyakinan dan agama, sehingga kita wajib menguji setiap adat apakah ia sesuai dengan kehendak Allah atau tidak.
2.    Sistem Pengetahuan
Upacara Rambu Solo’ memberikan suatu nilai sejarah yang unik dan elegant yang tidak ada tandingannya. Dalam pengetahuan upacara Rambu Solo’ merupakan salah satu sumber sejarah yang harus tetap dijaga dan merupakan upacara adat yang diwariskan secara turun-temurun. Dengan begitu mayarakat akan mengetahui bagaimana adat-istiadat masyarakat Tana Toraja.
3.    Sistem Kemasyrakatan
Upacara Rambu Solo’ memiliki nilai gotong royong yang tinggi. Dalam pelaksanaan upacara masyarakat saling bekerjasama dalam melakukan berbagai ritual seperti dalam penyembelihan kerbau dan pada saat pengusungan jenazah.
4.    Seni
Upacara Rambu Solo’ selain memiliki nilai sejarah juga memiliki nilai budaya atau seni yang tinggi dan unik.


BAB III
KESIMPULAN
Masyarakat Tana Toraja memiliki budaya yang unik dank has di antaranya Rambu Solo’, Rambu Tuka, Ma’Badong , kuburan bayi dan masih banyak lagi. Rambu Solo’ merupakan upacara pemakaman leluhur atau orang tua. Upacara ini merupakan upacara paling meriah dan paling mewah dalam masyarakat Tana Toraja. Rambu Tuka merupakan upacara yang dilakukan sebagai bentuk syukuran. Upacara adat Rambu Tuka’ adalah acara yang berhungan dengan acara syukuran misalnya acara pernikahan, syukuran panen dan peresmian rumah adat/tongkonan yang baru, atau yang selesai direnovasi; menghadirkan semua rumpun keluarga, dari acara ini membuat ikatan kekeluargaan di Tana Toraja sangat kuat semua Upacara tersebut dikenal dengan nama Ma’Bua’, Meroek, atau Mangrara Banua Sura’.
Badong adalah warisan kebudayaan yang telah diwariskan turun-temurun oleh penduduk asli dan keturunan suku Toraja sejak berabad-abad yang lalu. Karena kekhasan, fungsi dan peranan, serta nilai kebudayaan untuk bersama-sama mendoakan orang yang telah meninggal membuat ma’badong masih bertahan hingga sekarang, bahkan sering dilaksanakan.

Pelaksanaan upacara yang sakral ini tidak dinilai dengan penilaian ekonomis atau menjadi materi kekayaan, tetapi upacara yang mengandung kekayaan yang tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dilaksanakan dan dipedulikan oleh seluruh bangsa Indonesia, khususnya masyarakat asli Tana Toraj
a.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun.2007. Sejarah untuk SMA X. Jakarta : Cempaka Putih
Thoifuri & Suci Rahayu.2007. Pendidikan Agama Islam SMA XII. Jakarta : Ganeca
Palopo Pos 2006